Untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang strategi pembelajaran Bahasa
Indonesia dan efektivitasnya terhadap pencapaian tujuan belajar, kajian pustaka
penelitian ini akan difokuskan pada (1) pembelajaran bahasa, (2) strategi
pembelajaran Bahasa Indonesia, meliputi metode dan teknik pembelajaran Bahasa
Indonesia, dan (3) hasil pembelajaran
2.1 Pembelajaran Bahasa
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa Degeng (1989). Kegiatan pengupayaan ini
akan mengakibatkan siswa dapat mempelajari sesuatu dengan cara efektif dan
efisien. Upaya-upaya yang dilakukan dapat berupa analisis tujuan dan
karakteristik studi dan siswa, analisis sumber belajar, menetapkan strategi
pengorganisasian, isi pembelajaran, menetapkan strategi penyampaian
pembelajaran, menetapkan strategi pengelolaan pembelajaran, dan menetapkan
prosedur pengukuran hasil pembelajaran. Oleh karena itu, setiap pengajar harus
memiliki keterampilan dalam memilih strategi pembelajaran untuk setiap jenis
kegiatan pembelajaran. Dengan demikian, dengan memilih strategi pembelajaran
yang tepat dalam setiap jenis kegiatan pembelajaran, diharapkan pencapaian
tujuan belajar dapat terpenuhi. Gilstrap dan Martin (1975) juga menyatakan
bahwa peran pengajar lebih erat kaitannya dengan keberhasilan pebelajar,
terutama berkenaan dengan kemampuan pengajar dalam menetapkan strategi
pembelajaran.
Belajar bahasa
pada hakikatnya adalah belajar komunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa
diarahkan untuk meningkatkan kemampuan pebelajar dalam berkomunikasi, baik
lisan maupun tulis (Depdikbud, 1995). Hal ini relevan dengan kurikulum 2004
bahwa kompetensi pebelajar bahasa diarahkan ke dalam empat subaspek, yaitu
membaca, berbicara, menyimak, dan mendengarkan.
Sedangkan
tujuan pembelajaran bahasa, menurut Basiran (1999) adalah keterampilan
komunikasi dalam berbagai konteks komunikasi. Kemampuan yang dikembangkan
adalah daya tangkap makna, peran, daya tafsir, menilai, dan mengekspresikan
diri dengan berbahasa. Kesemuanya itu dikelompokkan menjadi kebahasaan,
pemahaman, dan penggunaan. Sementara itu, dalam kurikulum 2004 untuk SMA dan
MA, disebutkan bahwa tujuan pemelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia secara umum
meliputi (1) siswa menghargai dan membanggakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan
(nasional) dan bahasa negara, (2) siswa memahami Bahasa Indonesia dari segi
bentuk, makna, dan fungsi,serta menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk
bermacam-macam tujuan, keperluan, dan keadaan, (3) siswa memiliki kemampuan
menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual,
kematangan emosional,dan kematangan sosial, (4) siswa memiliki disiplin dalam
berpikir dan berbahasa (berbicara dan menulis), (5) siswa mampu menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan
kehidupan, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan (6)
siswa menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan
intelektual manusia Indonesia.
Untuk mencapai
tujuan di atas, pembelajaran bahasa harus mengetahui prinsip-prinsip belajar
bahasa yang kemudian diwujudkan dalam kegiatan pembelajarannya, serta
menjadikan aspek-aspek tersebut sebagai petunjuk dalam kegiatan
pembelajarannya. Prinsip-prinsip belajar bahasa dapat disarikan sebagai
berikut. Pebelajar akan belajar bahasa dengan baik bila (1) diperlakukan
sebagai individu yang memiliki kebutuhan dan minat, (2) diberi kesempatan
berapstisipasi dalam penggunaan bahasa secara komunikatif dalam berbagai macam
aktivitas, (3) bila ia secara sengaja memfokuskan pembelajarannya kepada
bentuk, keterampilan, dan strategi untuk mendukung proses pemerolehan bahasa,
(4) ia disebarkan dalam data sosiokultural dan pengalaman langsung dengan
budaya menjadi bagian dari bahasa sasaran, (5) jika menyadari akan peran dan
hakikat bahasa dan budaya, (6) jika diberi umpan balik yang tepat menyangkut
kemajuan mereka, dan (7) jika diberi kesempatan untuk mengatur pembelajaran
mereka sendiri (Aminuddin, 1994).
2.2 Strategi Pembelajaran Bahasa
Indonesia
Pembicaraaan
mengenai strategi pembelajaran bahasa tidak terlepas dari pembicaraan mengenai
pendekatan, metode, dan teknik mengajar. Machfudz (2002) mengutip
penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972) menjelaskan
sebagai berikut.
2.2.1 Pendekatan Pembelajaran
Istilah
pendekatan dalam pembelajaran bahasa mengacu pada teori-teori tentang hakekat
bahasa dan pembelajaran bahasa yang berfungsi sebagai sumber landasan/prinsip
pengajaran bahasa. Teori tentang hakikat bahasa mengemukakan asumsi-asumsi dan
tesisi-tesis tentang hakikat bahasa, karakteristik bahasa, unsur-unsur bahasa,
serta fungsi dan pemakaiannya sebagai media komunikasi dalam suatu masyarakat
bahasa. Teori belajar bahasa mengemukakan proses psikologis dalam belajar
bahasa sebagaimana dikemukakan dalam psikolinguistil. Pendekatan pembelajaran
lebih bersifat aksiomatis dalam definisi bahwa kebenaran teori-teori linguistik
dan teori belajar bahasa yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Dari
pendekatan ini diturunkan metode pembelajaran bahasa. Misalnya dari pendekatan
berdasarkan teori ilmu bahasa struktural yang mengemukakan tesis-tesis
linguistik menurut pandangan kaum strukturalis dan pendekatan teori belajar
bahasa menganut aliran behavioerisme diturunkan metode pembelajaran bahasa yang
disebut Metode Tata Bahasa (Grammar Method).
2.2.2 Metode Pembelajaran
Istilah metode
berarti perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa
secara teratur. Istilah ini bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu metode
dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang
teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Dalam strategi
pembelajaran, terdapat variabel metode pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis, yaitu strategi pengorganisasian isi pembelajaran, (b)
strategi penyampaian pembelajaran, dan (c) startegi pengelolaan pembelajaran
(Degeng, 1989). Hal ini akan dijelaskan sebagai berikut.
(a) Strategi Pengorganisasian Isi Pembelajaran
Adalah metode
untuk mengorganisasikan isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.
“Mengorganisasi” mengacu pada tindakan seperti pemilihan isi, penataan isi,
pembuatan diagram, format, dan lain-lain yang setingkat dengan itu. Strategi
penyampaian pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada
pebelajar untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar.
Adapun startegi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi
antara pebelajar dengan variabel pengorganisasian dan penyampaian isi
pembelajaran.
Strategi
pengorganisasian isi pembelajaran dibedakan menjadi dua jenis, yaitu strategi
pengorganisasian pada tingkat mikro dan makro. Strategi mikro mengacu pada
metode untuk mengorganisasian isi pembelajaran yang berkisar pada satu konsep
atau prosedur atau prinsip. Sedangkan strategi makro mengacu pada metode untuk
mengorganisasi isis pembelajaran yang melibatkan lebih dari satu konsep atau
prosedur atau prinsip. Strategi makro lebih banyak berurusan dengan bagaimana
memilih, menata ururtan, membuat sintesis, dan rangkuman isi pembelajaran yang
paling berkaitan. Penataan ururtan isi mengacku pada keputusan tentang bagaimana
cara menata atau menentukan ururtan konsep, prosedur atau prinsip-prinsip
hingga tampak keterkaitannya dan menjadi mudah dipahami.
(b) Strategi Penyampaian Pembelajaran
Strategi
penyampaian pembelajaran merupakan komponen variabel metode untuk melaksanakan
proses pembelajaran. Strategi ini memiliki dua fungsi, yaitu (1) menyampaikan
isi pembelajaran kepada pebelajar, dan (2) menyediakan informasi atau
bahan-bahan yang diperlukan pebelajar untuk menampilkan unjuk kerja (seperti
latihan tes).
Secara lengkap
ada tiga komponen yang perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan strategi
penyampaian, yaitu (1) media pembelajaran, (2) interaksi pebelajar dengan
media, dan (3) bentuk belajar mengajar.
(1) Media Pembelajaran
Media
pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuat pesan yang
akan disampaikan kepada pebelajar baik berupa orang, alat, maupun bahan.
Interkasi pebelajar dengan emdia adalah komponen strategi penyampaian
pembelajaran yang mengacu kepada kegiatan belajar. Adapun bentuk belajar
mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran yang mengacu pada
apakah pembelajaran dalam kelompok besar, kelompok kecil, perseorangan atau
mandiri (Degeng, 1989).
Martin dan
Brigss (1986) mengemukakan bahwa media pembelajaran mencakup semua sumber yang
diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan pembelajaran.
Essef dan Essef
(dalam Salamun, 2002) menyebutkan tiga kriteria dasar yang dapat digunakan
untuk menyeleksi media, yaitu (1) kemampuan interaksi media di dalam menyajikan
informasi kepada pebelajar, menyajikan respon pebelajar, dan mengevaluasi
respon pebelajar, (2) implikasi biaya atau biaya awal melipui biaya peralatan,
biaya material (tape, film, dan lain-lain) jumlah jam yang diperlukan, jumlah
siswa yang menerima pembelajaran, jumlah jam yang diperlukan untuk pelatihan,
dan (3) persyaratan yang mendukungh atau biaya operasional.
(2) Interaksi Pebelajar Dengan Media
Bentuk
interaksi antara pembelajaran dengan media merupakan komponen penting yang
kedua untuk mendeskripsikan strategi penyampaian. Komponen ini penting karena
strategi penyampaian tidaklah lengkap tanpa memebri gambaran tentang pengaruh
apa yang dapat ditimbulkan oleh suatu media pada kegiatan belajar siswa. Oleh
sebab itu, komponen ini lebih menaruh perhatian pada kajian mengenai kegiatan
belajar apa yang dilakukan oleh siswa dan bagaimana peranan media untuk
merangsang kegiatan pembelajaran.
(3) Bentuk Belajar Mengajar
Gagne (1968)
mengemukakan bahwa “instruction designed for effective learning may be delivered
in a number of ways and may use a variety of media”. Cara-cara untuk
menyampaikan pembelajaran lebih mengacu pada jumlah pebelajar dan kreativitas
penggunaan media. Bagaimanapun juga penyampaian pembelajaran dalam kelas besar
menuntu penggunaan jenis media yang berbeda dari kelas kecil. Demikian pula
untuk pembelajaran perseorangan dan belajar mandiri.
(c) Strategi Pengelolaan Pembelajaran
Strategi
pengelolaan pembelajaran merupakan komponen variabel metode yang berurusan
dengan bagaimana interaksi antara pebelajar dengan variabel-variabel metode
pembelajaran lainnya. Strategi ini berkaitan dengan pengambilan keputusan
tentang strategi pengorganisasian dan strategi penyampaian tertentu yang
digunakan selama proses pembelajaran. Paling sedikit ada empat klasifikasi
variabel strategi pengelolaan pembelajaran yang meliputi (1) penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran, (2) pembuatan catatan kemajuan belajar siswa,
dan (3) pengelolaan motivasional, dan (4) kontrol belajar.
Penjadwalan
penggunaan strategi pembelajaran atau komponen suatu strategi baik untuk
strategi pengorganissian pembelajaran maupun strategi penyampaian pembelajaran
merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan pembelajaran. Penjadwalan
penggunaan strategi pengorganisasian pembelajaran biasanya mencakup pertanyaan
“kapan dan berapa lama siswa menggunakan setiap komponen strategi
pengorganisasian”. Sedangkan penjadwalan penggunaan strategi penyampaian
melibatkan keputusan, misalnya “kapan dan untuk berapa lama seorang siswa menggunakan
suatu jenis media”.
Pembuatan
catatan kemajuan belajar siswa penting sekali bagi keperluan pengambilan
keputusan-keputusan yang terkait dengan strategi pengelolaan. Hal ini berarti
keputusan apapun yang dimabil haruslah didasarkan pad ainformasi yang lengkap
mengenai kemajuan belajar siswa tentang suatu konsep, prosedur atau prinsip?
Bila menggunakan pengorganisasian dengan hierarki belajar, keputusna yang tepat
mengenai unsur-unsur mana saja yang ada dalam hierarki yang diajarkan perlu
diambil. Semua ini dilakukan hanya apabila ada catatan yang lengkap mengenai
kemajuan belajar siswa.
Pengelolaan
motivasional merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan inetraksi
siswa dengan pembelajaran. Gunanya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Sebagian
besar bidang kajian studi sebenarnya memiliki daya tarik untuk dipelajari,
namun pembelajaran gagal menggunakannya sebagai alat motivasional. Akibatnya,
bidang studi kehilangan daya tariknya dan yang tinggal hanya kumpulan fakta dan
konsep, prosedur atau prinsip yang tidak bermakna.
Jack C.
Richards dan Theodore S. Rodgers (dalam Machfudz, 2002) menyatakan dalam
bukunya “Approaches and Methods in Language Teaching” bahwa metode
pembelajaran bahasa terdiri dari (1) the oral approach and stiuasional language
teaching, (2) the audio lingual method, (3) communicative
language teaching, (4) total phsyical response, (5) silent way,
(6) community language learning, (7) the natural approach, dan
(8) suggestopedia.
Saksomo (1984)
menjelaskan bahwa metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1)
metode gramatika-alih bahasa, (2) metode mimikri-memorisasi, (3) metode
langsung, metode oral, dan metode alami, (4) metode TPR dalam pengajaran
menyimak dan berbicara, (5) metode diagnostik dalam pembelajaran membaca, (6)
metode SQ3R dalam pembelajaran membaca pemahaman, (7) metode APS dan metode
WP2S dalam pembelajaran membaca permulaan, (8) metode eklektik dalam
pembelajaran membaca, dan (9) metode SAS dalam pembelajaran membaca dan menulis
permulaan.
Menurut
Reigeluth dan Merril (dalam Salamun, 2002) menyatakan bahwa klasifikasi
variabel pembelajaran meliputi (1) kondisi pembelajaran, (2) metode
pembelajaran, dan (3) hasil pembelajaran.
(1) Kondisi Pembelajaran
Kondisi
pembelajaran adalah faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan
hasil pembelajaran (Salamun, 2002). Kondisi ini tentunya berinteraksi dengan
metode pembelajaran dan hakikatnya tidak dapat dimanipulasi. Berbeda dengan
halnya metode pembelajaran yang didefinisikan sebagai cara-cara yang berbeda
untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi pembelajaran
yang berbeda. Semua cara tersebut dapat dimanipulasi oleh perancang-perancang
pembelajaran. Sebaliknya, jika suatu kondisi pembelajaran dalam suatu situasi
dapat dimanipulasi, maka ia berubah menjadi metode pembelajaran. Artinya
klasifikasi variabel-variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran,
yaitu variabel-variabelmempengaruhi penggunaan metode karena ia berinteraksi
dengan metode danm sekaligus di luar kontrol perancang pembelajaran. Variabel
dalam pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu (a) tujuan
dan karakteristik bidang stuydi, (bahasa) kendala dan karakteristik
bidang studi, dan (c) karakteristik pebelajar.
(2) Metode Pembelajaran
Machfudz (2000)
mengutip penjelasan Edward M. Anthony (dalam H. Allen and Robert, 1972)
menjelaskan bahwa istilah metode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berarti
perencanaan secara menyeluruh untuk menyajikan materi pelajaran bahasa secara
teratur. Istilah ini lebih bersifat prosedural dalam arti penerapan suatu
metode dalam pembelajaran bahasa dikerjakan dengan melalui langkah-langkah yang
teratur dan secara bertahap, dimulai dari penyusunan perencanaan pengajaran,
penyajian pengajaran, proses belajar mengajar, dan penilaian hasil belajar.
Sedangkan menurut Salamun (2002), metode pembelajaran adalah cara-cara yang
berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang
berbeda. Jadi dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah sebuah cara
untuk perencanaan secara utuh dalam menyajikan materi pelajaran secara teratur
dengan cara yang berbeda-beda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di
bawah kondisi yang berbeda.
(3) Hasil Pembelajaran
Hasil
pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran (Salamun, 2002). Variabel hasil
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, yaitu kefektifav, (2)
efisiensi, dan (3) daya tarik.
Hasil
pembelajaran dapat berupa hasil nyata (actual outcomes), yaitu hasil nyata yang
dicapai dari penggunaan suatu metode di bawah kondisi tertentu, dan hasil yang
diinginkan (desired outcomes), yaitu tujuan yang ingin dicapai yang sering
mempengaruhi keputusan perancang pembelajaran dalam melakukan pilihan metode
sebaiknya digunakan klasifikasi variabel-variabel pembelajaran tersebut secara
keseluruhan ditunjukkan dalam diagram berikut.
Kondisi
|
Tujuan dan karakteristik bidang
studi
|
Kendala dan karakteristik bidang
studi
|
Karakteristik siswa
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
Metode
|
Strategi pengorganisasian
pembelajaran: strategi makro dan strategi mikro
|
Strategi penyampaian pembelajaran
|
Strategi pengelolaan pembelajaran
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Hasil
|
Keefektifan, efisiensi, dan daya tarik pembelajaran
|
Diagram 1: Taksonomi variabel
pembelajaran (diadaptasi dari Reigeluth dan Stein: 1983)
Keefektifan
pembelajaran dapat diukur dengan tingkat pencapaian pebelajar. Efisiensi
pembelajaran biasanya diukur rasio antara jefektifan dan jumlah waktu yang
dipakai pebelajar dan atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan. Daya tatik
pembelajaran biasanya juga dapat diukur dengan mengamati kecenderungan siswa
untun tetap terus belajar. Adapaun daya tarik pembelajaran erat sekali dengan
daya tarik bidang studi. Keduanya dipengaruhi kualitas belajar.
2.2.3 Teknik Pembelajaran
Istilah teknik
dalam pembelajaran bahasa mengacu pada pengertian implementasi perencanaan
pengajaran di depan kelas, yaitu penyajian pelajaran dalam kelas tertentu dalam
jam dan materi tertentu pula. Teknik mengajar berupa berbagai macam cara,
kegiatan, dan kiat (trik) untuk menyajikan pelajaran dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran. Teknik pembelajaran bersifat implementasi, individual, dan
situasional.
Saksomo (1983)
menyebutkan teknik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia antara lain (1) ceramah,
(2) tanya—jawab , (3) diskusi, (4) pemebrian tugas dan resitasi, (5)
demonstrasi dan eksperimen, (6) meramu pendapat (brainstorming), (7)
mengajar di laboratorium, (8) induktif, inkuiri, dan diskoveri, (9) peragaan,
dramatisasi, dan ostensif, (10) simulasi, main peran, dan sosio-drama, (11)
karya wisata dan bermain-main, dan (12) eklektik, campuran, dan serta—merta.
DAFTAR PUSTAKA
Basiran, Mokh. 1999. Apakah yang Dituntut GBPP Bahasa Indonesia
Kurikulum 1994?. Yogyakarta: Depdikbud
Darjowidjojo, Soenjono. 1994. Butir-butir Renungan Pengajaran Bahasa
Indonesia sebagai Bahasa Asing. Makalah disajikan dalam Konferensi
Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing. Salatiga:
Univeristas Kristen Satya Wacana
Degeng, I.N.S. 1997. Strategi Pembelajaran Mengorganisasi Isi dengan
Model Elaborasi. Malang: IKIP dan IPTDI
Depdikbud. 1995. Pedoman Proses Belajar Mengajar di SD. Jakarta:
Proyek Pembinaan Sekolah Dasar
Machfudz, Imam. 2000. Metode Pengajaran Bahasa Indonesia Komunikatif.
Jurnal Bahasa dan Sastra UM
Moeleong, Lexy J. 2000. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosyda Karya.
Saksomo, Dwi. 1983. Strategi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang:
IKIP Malang
Salamun, M. 2002. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren.
Tesis.. Tidak diterbitkan
Sholhah, Anik. 2000. Pertanyaan Tutor dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing di UM. Skripsi. Tidak diterbitkan.
Subyakto, Sri Utari. 1988. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta:
Dirjen Dikti Depdikbud
Sugiono, S. 1993. Pengajaran Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Asing.
Makalah disajikan dalam Konferensi Bahasa Indonesia; VI. Jakarta: 28 Oktober—2
Nopember 1993
Suharyanto. 1999. Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD. Yogyakarta:
Depdikbud