Teori sastra dalam arti
sempit adalah studi sistematis mengenai sastra
dan metode untuk menganalisis sastra. Akan tetapi, kata "teori" telah
menjadi istilah umum untuk berbagai pendekatan ilmiah untuk membaca teks.
Teori sastra ialah cabang ilmu sastra yang mempelajari
tentang prinsip-prinsip, hukum, kategori, kriteria karya sastra yang
membedakannya dengan yang bukan sastra. Secara umum yang dimaksud dengan teori
adalah suatu sistem ilmiah atau pengetahuan sistematik yang menerapkan pola
pengaturan hubungan antara gejala-gejala yang diamati. Teori berisi
konsep/uraian tentang hukum-hukum umum suatu objek ilmu pengetahuan dari suatu
titik pandang tertentu.
Praktek
teori sastra menjadi sebuah profesi di abad ke-20, tetapi telah memiliki akar
sejarah hingga Yunani Kuno (karya Aristoteles
Poetics sering dikutip, misalnya), India kuno (karya Bharata Muni Natya
Shastra), Romawi Kuno (karya
Longinus On the Sublime) dan Irak abad pertengahan (karya Al-Jahiz al-Bayan
wa-'l-tabyin dan al-Hayawan, dan karya ibn al-Mu'tazz Kitab
al-Bad), dan teori-teori estetika filsuf dari filsafat kuno selama abad 18
dan 19 berpengaruh penting pada studi sastra saat ini. Teori dan kritik sastra,
tentu saja, juga terkait erat dengan sejarah sastra.
Meski
demikian, pengertian modern "teori sastra" bertanggal kira-kira tahun
1950-an, ketika linguistik strukturalis Ferdinand de Saussure mulai berpengaruh kuat
terhadap kritik sastra bahasa Inggris. Penyeru Kritik Baru dan
berbagai formalis Eropa (terutama kaum formalisme Rusia)
telah menjelaskan beberapa upaya yang lebih abstrak mereka sebagai
"teoritis" juga. Tapi itu tidak berdampak seluas strukturalisme
di dunia akademik berbahasa Inggris bahwa "teori sastra" dianggap
sebagai domain terpadu.
Suatu teori dapat dideduksi secara logis dan dicek
kebenarannya (diverifikasi) atau dibantah kesahihannya pada objek atau
gejala-gejala yang diamati tersebut.
Kritik sastra juga bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang digunakan para pengkaji sastra ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra.
Untuk membuat suatu kritik yang baik, diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra.
Kritik sastra juga bagian dari ilmu sastra. Istilah lain yang digunakan para pengkaji sastra ialah telaah sastra, kajian sastra, analisis sastra, dan penelitian sastra.
Untuk membuat suatu kritik yang baik, diperlukan kemampuan mengapresiasi sastra, pengalaman yang banyak dalam menelaah, menganalisis, mengulas karya sastra, penguasaan dan pengalaman yang cukup dalam kehidupan yang bersifat nonliterer, serta tentunya penguasaan tentang teori sastra.
Sejarah sastra bagian dari ilmu sastra yang
mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu. Di dalamnya dipelajari
ciri-ciri karya sastra pada masa tertentu, para sastrawan yang mengisi arena
sastra, puncak-puncak karya sastra yang menghiasi dunia sastra, serta
peristiwa-peristiwa yang terjadi di seputar masalah sastra. Sebagai suatu kegiatan
keilmuan sastra, seorang sejarawan sastra harus mendokumentasikan karya sastra
berdasarkan ciri, klasifikasi, gaya, gejala-gejala yang ada, pengaruh yang
melatarbelakanginya, karakteristik isi dan tematik.
Sejarah Sastra
Dalam sejarah sastra Indonesia dikenal istilah
angkatan. Yang dimaksud dengan angkatan adalah suatu usaha pengelompokan sastra
dalam suatu masa tertentu. Pengelompokan ini berdasar atas ciri khas karya yang
dihasilkan pada masa itu. Sastra Indonesia dibagi menjadi 4 golongan besar, yaitu:
Angkatan Dua Puluhan (Balai Pustaka)
Disebut angkatan dua puluhan karena angkatan inilahir
pada tahun 1920-an dan disebut angkatan balai pustaka karena penerbit yang
paling banyak menerbitkan adalah Balai Pustaka. Balai pustaka didirikan tahun
1917 oleh Dr. Rinkes. Penerbit ini sangat berjasa bagi dunia sastra Indonesia
karena dengan adanya penerbit ini lahir berbagai macam karya sastra terkenal. Balai pustaka tidak hanya berperan pada masa tahun
1920-an saja melainkan sampai masa-masa berikutnya bahkan sampai sekarang.
Karya yang paling terkenal pada masa ini adalah Siti Nurbaya karangan Marah
Rusli.
Roman ini menceritakan tentang perjodohan yang masih
banyak dilakukan pada masa itu. Beberapa karya sastra angkatan 1920-an adalah
Azab dan Sengsara (roman, tahun 1920 oleh Merari Siregar), Muda Teruna (roman,
tahun 1922 oleh Moh. Kasim), Tak Putus Dirundung Malang (roman, tahun 1929 oleh
S.T. Alisyahbana).
Angkatan Tiga Puluhan (Pujangga Baru)
Angkatan ini adalah angkatan yang lahir pada sekitar
tahun 1933 sampai 1942. Disebut abgkatan pujangga baru karena pada tahun 1933
terdapat majalah sastra yang terkenal, yaitu majalah Pujangga Baroe.
Karya-karya yang ditampilkan dalam majalah ini adalah puisi, cerpen, novel, roman,
atau drama-drama pendek. Karya sastra pada angkatan ini
berbeda dengan karya sastra dengan angkatan sebelumnya. Seni menurut mereka,
harus mampu membangun bangsa dan negara. Oleh karena itu, karya sastra angkatan
ini lebih bersifat dinamis, individualistis, dan tidak terikat tradisi.
Karya sastra yang lahir antara lain adalah Layar
Terkembang (roman, tahun 1936 oleh S.T. Alisyahbana), Anak Perawan di sarang
Penyamun (roman, tahun 1942 oleh S.T. Alisyahbana), Belenggu (roman, tahun 1940
oleh Armijn Pane), dan lain-lain.
Angkatan '45
Nama lain angkatan ini adalah agkatan pembebasan dan
angkatan Chairil anwar. Disebut angkatan Chairil Anwar karena besarnya jasa
Chairil Anwar dalam lahirnya angkatan ini. Karya-karya
sastra angkatan ini sangat berbeda dengan angkatan sebelumnya. Ciri-cirinya
antara lain adalah bebas, individualistis, universalistis, realistik, dan
futuristik. Karya yang terkenal dari angkatan ini adalah Dari Ave
Maria-Jalan Lain ke Roma yang merupakan kumpulan cerpen karya Idrus.
Angkatan Enam Puluh Enam
Nama angkatan ini diberikan oleh H.B. Jassin. Nama ini
diberikan untuk menamakan suatu kelompok sastra setelah angkatan '45. angkatan
ini muncul pada saat keadaan politik indonesia sedang kacau karena adanya
gerakan teror dari PKI. Karya sastra pada angkatan ini lebih banyak bersifat
protes terhadap keadaan yang kacau pada masa itu.
Beberapa karya sastra yang lahir pada angkatan ini
adalah kumpulan puisi oleh Taufik Ismail yang berjudul Tirani, drama karya
Motinggo Busye dengan judul Malam Jahanam, roman berjudul Pagar Kawat Berduri
oleh Toha mohtar, roman Pelabuhan Hati karya Titis Basino, dan lain-lain.
Karya Sastra Kontemporer
Sekitar tahun '70-an, muncul karya sastra yang lain
daripada karya sastra yang telah ada sebelumnya. Kebanyakan isinya tidak
menekankan pada makna kata. Kemunculan karya sastra ini dipelopori oleh
Sutardji Calzoum Bachri.
Kritik Sastra
Kritik Sastra adalah analisis
untuk menilai suatu karya sastra. Tujuan kritik sebenarnya bukan menunjukkan keunggulan,
kelemahan, benar/salah sebuah karya sastra dipandang dari sudut tertentu,
tetapi tujuan akhirnya mendorong sastrawan untuk mencapai penciptaan sastra
setinggi mungkin dan mendorong pembaca untuk mengapresiasi karya sastra secara
lebih baik.
Ada 2 jenis kritik sastra:
- Kritik sastra intrinsik : Fokusnya pada karya sastra itu sendiri dan menganalisa unsur-unsur karya sastra itu.
- Kritik sastra ekstrinsik : Menghubungkan karya sastra dengan hal-hal diluar karya sastra. Misal: menghubungkan karya sastra dengan pengarangnya, karya sastra
Hubungan Teori Sastra dengan
Kritik Sastra dan Sejarah Sastra
Pada hakikatnya, teori sastra membahas secara rinci
aspek-aspek yang terdapat di dalam karya sastra baik konvensi bahasa yang
meliputi makna, gaya,struktur, pilihan kata, maupun konvensi sastra yang
meliputi tema, tokoh, penokohan, alur, latar, dan lainnya yang membangun
keutuhan sebuah karya sastra. Di sisi lain, kritik sastra merupakan ilmu sastra
yang mengkaji, menelaah, mengulas, memberi pertimbangan, serta memberikan
penilaian tentang keunggulan dan kelemahan atau kekurangan karya sastra.
Sasaran kerja kritikus sastra adalah penulis karya sastra dan sekaligus pembaca
karya sastra. Untuk memberikan pertimbangan atas karya sastra kritikus sastra
bekerja sesuai dengan konvensi bahasa dan konvensi sastra yang melingkupi karya
sastra.
Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.
Demikian juga terjadi hubungan antara teori sastra dengan sejarah sastra. Sejarah sastra adalah bagian dari ilmu sastra yang mempelajari perkembangan sastra dari waktu ke waktu, periode ke periode sebagai bagian dari pemahaman terhadap budaya bangsa. Perkembangan sejarah sastra suatu bangsa, suatu daerah, suatu kebudayaan, diperoleh dari penelitian karya sastra yang dihasilkan para peneliti sastra yang menunjukkan terjadinya perbedaan-perbedaan atau persamaan-persamaan karya sastra pada periode-periode tertentu. Secara keseluruhan dalam pengkajian karya sastra, antara teori sastra, sejarah sastra dan kritik sastra terjalin keterkaitan.