BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penelitian pendidikan merupakan suatu hal yang tidak mudah untuk
dipelajari. Pertama karena konsep penelitian itu sendiri rumit. Kedua karena
banyaknya teori pendidikan itu sendiri yang terkadang saling bertentangan. Ketiga
karena penelitian pendidikan melibatkan faktor manusia yang merupakan variabel
yang sangat sukar dikontrol, berbeda dengan sains di mana banyak variabel yang
relatif mudah untuk dikontrol, khususnya dalam eksperimen. Karena faktor
manusia inilah maka penelitian pendidikan sukar untuk diduplikasikan untuk
membuat verifikasi dan karena faktor manusia pulalah maka radius akurasi
hasilnya lebar, kurang sempit dan kurang tajam atau dengan kata lain ketepatan
tembakannya adalah ketepatan menembak dengan mata telanjang, bukan ketepatan
menembak dengan teleskop.[1]
Meski demikian penelitian pendidikan merupakan hal yang sangat
penting untuk dilakukan karena kita tidak dapat terus menerus bergantung pada intuisi[2]
dan pengalaman saja untuk memperbaiki atau pun meningkatkan pendidikan.
Mengingat intuisi merupakan sumber pengetahuan yang timbul dari
kesadaran terdalam pada diri seseorang terhadap persoalan baru. Akan tetapi
intuisi seringkali memberikan pengetahuan bias sehingga tidak dapat dijadikan
dasar yang memadai dan dapat diandalkan untuk mengambil keputusan dalam
menghadapi persoalan yang muncul. Begitu
juga pengalaman antara satu orang dengan yang lainnya berbeda, oleh karenanya
penelitian tetap harus dilakukan.
Setidaknya ada tiga alasan utama mengapa penelitian pendidikan
penting untuk dilakukan sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hadjar dari Mc Millan dan
Schumacher dalam bukunya Research in Education: A Conceptual Introduction (1989),
yaitu: Pertama, penelitian dan ilmu pengetahuan telah lama menjadi
bagian penting dan utama dalam meningkatkan aspek kehidupan di bidang lain,
misalnya: di bidang kedokteran, penelitian telah memberikan andil besar dalam
menangani berbagai penyakit dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Di bidang
pertanian, penelitian telah banyak meningkatkan hasil-hasil pertanian baik dari
segi kualitas maupun kuantitas. Di bidang pendidikan, penelitian diharapkan
juga mampu memberikan dampak yang sama dalam meningkatkan praktik kependidikan
sehingga mempunyai dasar pijakan yang teruji secara empiris dan objektif dan
bukan hanya didasarkan pada intuisi, pengalaman maupun otoritas pejabat yang
membidangi pendidikan semata.
Kedua, penelitian pendidikan telah terbukti memberikan sumbangan terhadap
pengetahuan di bidang pendidikan. Sebagai contohnya adalah dalam pembuatan
kebijakan atau keputusan. Proses pembuatan kebijakan atau keputusan tentunya
melalui beberapa tahapan atau proses yang saling berkaitan satu sama lain,
dimulai dari identifikasi masalah, studi empiris, replikasi, sintesis hasil
penelitian dan adopsi oleh praktisi serta evaluasi. Misalnya kebijakan
pemerintah terhadap penetapan uang kuliah tunggal (UKT) di perguruan tinggi
sejak tahun akademik 2013/2014 atau pun kebijakan pemerintah tentang penerapan
kurikulum 2013 di sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah di Indonesia.
Kebijakan tersebut tentunya telah dan akan melalui beberapa tahapan atau proses
di atas.
Ketiga, ulasan terhadap penemuan dan hasil-hasil penelitian
pendidikan telah memberikan implikasi praktis terhadap pembuatan keputusan yang
bijaksana, sebagai contohnya adalah penelitian terhadap metode ceramah dan
diskusi di mana masing-masing metode mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
hasil belajar. Di samping hasil penelitian tersebut dapat memberikan indikasi
dalam mengidentifikasi masalah penelitian, hasilnya juga dapat memberikan
bimbingan dan masukan kepada pendidik yang tidak mempunyai kesempatan untuk
melakukan penelitian sendiri. Sehingga mereka dapat melakukan perencanaan dan
pengembangan program baru, mengukur hasil belajar dan mendapatkan sumber-sumber
yang diperlukan sesuai dengan kondisi masing-masing. Dari sini, terlihat bahwa
penelitian pendidikan telah memberikan informasi dan pengetahuan yang valid tentang
pendidikan yang diperlukan untuk membuat keputusan-keputusan yang bijaksana.[3]
Selanjutnya Ibnu Hadjar memaparkan bahwa terdapat beberapa ciri,
proses dan keterbatasan penelitian pendidikan. Di antara ciri penelitian
pendidikan adalah objektif, tepat atau persis, verifikatif, menerangkan,
empiris, logis dan probabilitas. Namun penulis tidak akan menjelaskannya secara
detail dalam makalah ini. Sedangkan proses penelitian pendidikan dimulai dari
penentuan masalah, ulasan kepustakaan (studi pustaka), penentuan fokus masalah
(dalam bentuk rumusan masalah, hipotesis serta definisi operasional), pemilihan
desain dan metode (meliputi instrumen dan cara; survei, eksperimen, observasi),
pengumpulan data (teknik, subjek, populasi dan sampel), analisis data dan penarikan
kesimpulan.
Adapun keterbatasan penelitian pendidikan itu sendiri meliputi: pertama
masalah etika di mana manusia merupakan fokus utama penelitian bidang
pendidikan, sehingga peneliti diharuskan mempertimbangkan etika,
bertanggungjawab menghormati dan melindungi hak dan kehormatan subjek
penelitian, menghindari kemungkinan adanya bahaya dan ketidaknyamanan baik
fisik maupun mental termasuk menjaga kerahasiaan identitas dan kehidupan
pribadi subjek dalam kaitannya dengan data yang diperoleh. Prinsip-prinsip
etika yang membatasi hubungan antar manusia juga dapat membatasi masalah yang
mungkin dapat diteliti. Kedua, pendidikan merupakan lembaga
kemasyarakatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor tersebut
mudah sekali berubah tiap tahunnya, misalnya populasi siswa yang duduk di kelas
tertentu berubah karena naik kelas, pindah, keluar, lulus atau karena alasan
lain; guru dan staf sekolah yang ada, juga demikian, jumlahnya berubah karena
mutasi dan pensiun. Selain itu tujuan diadakannya sekolah yakni untuk tujuan
pendidikan bukan tujuan penelitian sehingga penelitian yang dilakukan tidak
boleh mengintervensi pendidikan. Sehingga kemungkinan dilakukannya penelitian
adalah longitudinal atau replikasi karena pengaruh yang disebabkan oleh proses
pendidikan baru akan terjadi jauh sesudah proses tersebut.
Ketiga, kompleksitas
masalah, yang berarti manusia yang terlibat dalam penelitian pendidikan yaitu:
siswa, guru, staf, orang tua dan lain-lain, merupakan organisme hidup yang
kompleks. Mereka mempunyai kepribadian yang kompleks (seperti perasaan,
pikiran, motivasi dan kesadaran akan diri), mampu memilih tindakan yang
dilakukan, serta mampu memilih respon terhadap stimulus yang diterima baik
secara rasional maupun irasional. Setiap individu mempunyai cara yang berbeda
untuk merespon dan memproses stimulus, karena perbedaan itulah respon yang
dihasilkan mungkin dapat diprediksi mungkin juga tidak. Manusia, sebagai subjek
penelitian, mungkin akan bertingkah laku berbeda kalau dia sadar sedang
dilibatkan dalam suatu penelitian. Sehingga informasi yang diberikan kepada
peneliti bisa jadi bukan merupakan informasi yang sebenarnya.
Keempat, masalah
metodologis. Dalam penelitian kuantitatif bidang pendidikan, peneliti
menghadapi masalah pengukuran karakteristik manusia yang kompleks, yang umumnya
hanya dapat dilakukan secara tidak langsung melalui inferensi seperti sikap, cara
berfikir, prestasi belajar, kemampuan intelektual, dan kecenderungan pribadi.
Untuk mengukur kecenderungan tersebut diperlukan definisi operasional, yang
seringkali berbeda dengan pengertian secara umum. Di samping itu penelitian
pendidikan juga menghadapi masalah validitas dan reliabilitas alat ukur. Di
antaranya, mungkin suatu instrumen dapat mengukur suatu fenomena dengan valid
dan reliabel dalam kondisi tertentu, tetapi mungkin tidak untuk kondisi yang
lain.
Dalam penelitian kualitatif bidang pendidikan, kesulitan yang
dihadapi oleh peneliti, di antaranya menyangkut pengumpulan dan analisis data
untuk meyakinkan bahwa hasil atau penemuan yang diperoleh cukup valid. Di
samping itu, terdapat kecenderungan untuk memfokuskan pada elemen masalah
tertentu, dan mengabaikan elemen yang lain juga merupakan keterbatasan
penelitian pendidikan.
Berangkat dari latar belakang masalah di atas, maka diperlukan
sebuah kecermatan dalam memilih metode penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data yang tepat dalam meneliti sebuah permasalahan dalam bidang
pendidikan, sehingga didapatkan sebuah kesimpulan yang benar. Makalah ini akan
mencoba memaparkan berbagai macam metode dalam penelitian pendidikan dan
contohnya.
B.
Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini di
antaranya adalah:
1.
Pengertian
Metode Penelitian Pendidikan
2.
Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif
3.
Macam-macam
Metode Penelitian Pendidikan beserta konsep dan contohnya.
4.
Teknik
Pengumpulan Data
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Metode Penelitian Pendidikan
Penelitian pada dasarnya merupakan suatu pencarian (inquiri), menghimpun
data, mengadakan pengukuran, analisis, sintesis, membandingkan, mencari
hubungan, menafsirkan hal-hal yang bersifat teka-teki. [4]
Menurut Mc Millan dan Schumacher seperti dikutip oleh Ibnu Hadjar,
penelitian hanyalah merupakan suatu pendekatan untuk mengembangkan dan
memperoleh pengetahuan yang valid dan terpercaya, yang secara garis besar
mempunyai empat langkah metodologis yaitu penentuan masalah, pernyataan
hipotesis yang akan diuji, pengumpulan dan analisis data serta interpretasi
hasil yang diperoleh dan penarikan kesimpulan tentang masalah.[5]
Ibnu Hadjar sendiri mendefinisikan penelitian sebagai suatu proses pengumpulan
yang sistematis dan analisis yang logis terhadap informasi (data) untuk tujuan
tertentu.[6]
Dari uraian di atas, secara umum penulis menyimpulkan bahwa
penelitian adalah suatu kegiatan mencari dan mengumpulkan data secara
sistematis untuk dikaji secara analitis maupun sintesis sehingga menghasilkan
kesimpulan yang logis demi pencapaian suatu tujuan.
Sedangkan metode penelitian, diartikan oleh Nana Syaodih
Sukmadinata sebagai rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang
didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis,
pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Beberapa peneliti menyebutnya sebagai
tradisi penelitian (research tradition).[7]
Suatu metode penelitian menurutnya memiliki rancangan penelitian (research
design) tertentu yang menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang
harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan dalam kondisi apa data
dikumpulkan dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun atau diolah.
Berbeda dengan Nana Syaodih, Ibnu Hadjar mendefinisikan metode
penelitian (metodologi penelitian) sebagai cara-cara yang digunakan untuk
mengumpulkan dan menganalisis data, yang dikembangkan untuk memperoleh
pengetahuan dengan menggunakan prosedur yang reliabel dan terpercaya. Prosedur
tersebut dikembangkan secara sistematis sebagai suatu rencana untuk
menghasilkan data tentang masalah penelitian tertentu. Dengan demikian validitas
dan keterpercayaan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian juga
ditentukan oleh reliabilitas dan keterpercayaan metodologi yang digunakan.[8]
Metode penelitian juga diartikan oleh Donald Ary, dkk. sebagai strategi umum
yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab
persoalan yang dihadapi atau disingkat sebagai rencana pemecahan bagi persoalan
yang sedang diselidiki.[9]
Sedangkan menurut Sugiyono, metode penelitian diartikan sebagai
cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.[10]
Dari definisi singkat itu terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan
yakni cara ilmiah, data, tujuan, kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti
kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional,
empiris dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu
dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran
manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh
indera manusia sehingga orang lain dapat mengamati dan mengetahui cara-cara
yang digunakan. Sistematis artinya, proses yang digunakan dalam
penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis.[11]
Data yang diperoleh melalui penelitian adalah data empiris
(teramati) yaitu mempunyai kriteria tertentu yakni valid. Valid menunjukkan
derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya terjadi di lapangan dengan data
yang dikumpulkan oleh peneliti. Misalnya pada provinsi tertentu terdapat 300
anak yang tidak lulus Ujian Nasional (UN), maka data yang dilaporkan haruslah
300, tidak kurang dan tidak lebih. Untuk mendapatkan data yang valid perlu
dilakukan uji validitas melalui uji reliabilitas dan obyektifitas. Reliabel
menyangkut derajat konsistensi atau keajegan, sedangkan obyektifitas berkenaan
dengan interpersonal agreement (kesepakatan antar banyak orang).
Setiap penelitian mempunyai tujuan dan kegunaan tertentu. Secara
umum tujuan penelitian terbagi menjadi tiga macam yaitu yang bersifat penemuan,
pembuktian dan pengembangan. Penemuan berarti data yang diperoleh dari
penelitian itu adalah data yang betul-betul baru yang sebelumnya belum pernah
diketahui. Pembuktian berarti data yang diperoleh itu digunakan untuk
membuktikan adanya keragu-raguan terhadap informasi atau pengetahuan tertentu
dan pengembangan berarti memperdalam dan memperluas pengetahuan yang
telah ada.
Penelitian pendidikan yang bersifat penemuan misalnya, menemukan
metode mengajar pendidikan agama yang efektif, efisien dan menyenangkan.
Penelitian yang bersifat mengembangkan misalnya, mengembangkan metode mengajar
yang telah ada sehingga menjadi lebih efektif. Penelitian yang bersifat
pembuktian misalnya membuktikan keragu-raguan terhadap metode mengajar yang
diimpor dari luar apakah efektif atau tidak jika diterapkan di Indonesia.
Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya. Secara umum
data yang diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah. Memahami berarti memperjelas
suatu masalah atau informasi yang tidak diketahui menjadi diketahui. Memecahkan
berarti meminimalkan atau menghilangkan masalah, mengantisipasi berarti
mengupayakan agar masalah tidak terjadi.
Penelitian yang akan digunakan untuk memahami masalah misalnya,
penelitian tentang sebab-sebab mengapa setelah 60 tahun Indonesia merdeka,
tetapi sumber daya manusianya kalah dengan negara tetangga, mengapa negara kita
kaya akan sumber daya alam, tetapi masyarakatnya banyak yang kelaparan.
Penelitian yang bersifat memecahkan masalah misalnya, penelitian untuk
menemukan model pendidikan efektif yang dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia. Penelitian yang bersifat antisipasi terhadap masalah
misalnya, penelitian untuk mencari cara agar setelah pengumuman ujian atau
kenaikan kelas, siswa-siswa tidak hura-hura di jalanan.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan yang
sama dengan Sugiyono bahwa metode penelitian pendidikan merupakan cara
ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan,
dikembangkan dan dibuktikan, berupa pengetahuan tertentu yang dapat digunakan
untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
B.
Pendekatan
Kuantitatif dan Kualitatif
Nana
Syaodih Sukmadinata mengutip pendapat Mc. Millan dan Scumacher dalam membagi
jenis-jenis metode penelitian, sebelum menjelaskan metode penelitian mereka
terlebih dahulu membedakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.[12] Pendekatan
kuantitatif dapat diartikan sebagai penelitian yang didasarkan pada
filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,
pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantatif/statistik dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.[13] Filsafat
positivisme memandang realitas/gejala sebagai sesuatu yang relatif tetap,
konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat.[14]
Pendekatan kualitatif
sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada
kondisi yang alamiah. Penelitian ini didasarkan pada filsafat
postpositivisme yaitu paradigma interpretatif dan konstruktif yang
memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks,
dinamis, penuh makna dan hubungan gejala bersifat interaktif.[15]
C.
Macam-macam Metode
Penelitian Pendidikan beserta Konsep dan Contohnya
Secara garis besar metode penelitian, menurut Mc. Millan dan
Schumacker seperti dikutip Nana Syaodih Sukmadinata dalam bukunya Metode
Penelitian Pendidikan dibagi berdasarkan tabel di bawah ini:
KUANTITATIF
|
KUALITATIF
|
||
Eksperimental
|
Non
Eksperimental
|
Interaktif
|
Noninteraktif
|
1.
Eksperimental murni
2.
Eksperimental kuasi
3.
Eksperimental lemah
4.
Subjek tunggal
|
1.
Deskriptif
2.
Komparatif
3.
Korelasional
4.
Survai
5.
Ekspostfacto
6.
Tindakan
|
1.
Etnografis
2.
Historis
3.
Fenomenologis
4.
Studi Kasus
5.
Teori Dasar
6.
Studi Kritis
|
1.
Analisis Konsep
2.
Analisis
Kebijakan
3.
Analisis historis
|
Sedangkan Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian
Pendidikan, membagi penelitian dari segi metode menjadi: penelitian survei,
expostfacto, eksperimen, naturalistik, policy reseacrh, evaluation
reseacrch, action research, sejarah dan Research and Development
(R&D). [16]
Selanjutnya dia mengklasifikasikan
jenis-jenis metode penelitian berdasarkan tujuan dan tingkat kealamiahan (natural
setting) objek yang diteliti. Berdasarkan tujuannya, metode penelitian
dapat diklasifikasikan menjadi penelitian dasar (basic research), penelitian
terapan (applied research) dan penelitian pengembangan (Research and
Development). Sedangkan menurut tingkat kealamiahannya metode penelitian
dikelompokkan menjadi eksperimen, survey dan naturalistik. Jika digambarkan
terlihat sebagai berikut:
Masih menurut Sugiyono, bahwa sebenarnya
sulit untuk membedakan antara penelitian murni (dasar) dan penelitian terapan
secara terpisah, karena keduanya terletak pada satu garis kontinum. Penelitian
dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang
langsung bersifat praktis. Penelitian dasar pada umumnya dilakukan pada
laboratorium yang kondisinya terkontrol dengan ketat. Penelitian terapan
dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji dan mengevaluasi kemampuan suatu
teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah praktis.[17]
Dari pengertian tersebut bisa disimpulkan bahwa penelitian murni atau dasar
berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu. Setelah ilmu tersebut
digunakan untuk memecahkan masalah, maka penelitian tersebut akan menjadi
penelitian terapan.
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri
dalam bukunya Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer (1985) yang
dikutip oleh Sugiyono dalam bukunya Metode Penelitian Pendidikan menyatakan
bahwa penelitian dasar atau murni adalah penelitian yang bertujuan menemukan
pengetahuan baru yang sebelumnya belum pernah diketahui, sedangkan penelitian
terapan bertujuan memecahkan masalah-masalah kehidupan praktis.[18]
Adapun penelitian dan pengembangan (Research
& Development) diartikan oleh Borg R. Walter dan Gall Meredith D. dalam
bukunya Educational Research; An Introduction (1989) yang dikutip oleh Sugiyono sebagai metode
penelitian yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk
yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran.[19]
Penelitian dan pengembangan merupakan
“jembatan” antara penelitian dasar (basic research) dengan penelitian
terapan (applied research), di mana penelitian dasar bertujuan untuk “to
discover new knowledge about fundamental phenomena” dan applied research
bertujuan untuk menemukan pengetahuan yang secara praktis dapat
diaplikasikan. Walaupun ada kalanya penelitian terapan juga untuk mengembangkan
produk. Penelitian dan pengembangan bertujuan untuk menemukan, mengembangkan
dan memvalidasi suatu produk.
Selanjutnya Borg and Gall menyatakan: One
way to bridge the gap between research and practice in education is to Research
& Development atau dengan kata lain salah satu cara untuk menjembatani
kesenjangan antara penelitian dan
praktik dalam pendidikan adalah dengan penelitian dan pengembangan. Pada
umumnya penelitian R&D bersifat longitudinal, yakni beberapa
tahap (penemuan, pengembangan dan pengujian produk atau ilmu). Untuk penelitian
analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering
digunakan metode penelitian dasar (basic research). Selanjutnya untuk
menguji produk yang masih hipotetik tersebut digunakan eksperimen atau action
research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian
produk dengan eksperimen tersebut disebut penelitian terapan (applied
research).
Penelitian dan pengembangan atau dalam bahasa Inggrisnya Research
and Development adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan
produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.[20]
Untuk dapat menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat
analis kebutuhan, dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya dapat
berfungsi di masyarakat luas. Jadi penelitian dan pengembangan bersifat
longitudinal (bertahap bisa multy years).
Penelitian R & D telah banyak digunakan dalam pengembangan ilmu
alam dan teknik. Hampir semua produk teknologi, seperti alat-alat elektronik,
kendaraan bermotor, pesawat terbang, kapal laut, senjata, obat-obatan, alat
kedokteran, bangunan gedung bertingkat dan alat-alat rumah tangga yang modern,
diproduk dan dikembangkan melalui penelitian dan pengembangan. Namun demikian,
metode penelitian dan pengembangan bisa juga digunakan dalam bidang ilmu-ilmu
sosial seperti psikologi, sosiologi, pendidikan, manajemen, dan lain
sebagainya.
Menurut Brog & Gall yang dikutip Pada bidang industri,
penelitian dan pengembangan (research & development) merupakan ujung
tombak dari suatu industri untuk menghasilkan produk-produk baru yang
dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya yang digunakan untuk penelitian dan
pengembangan, bahkan untuk industri farmasi dan komputer lebih dari 4%. Dalam
bidang sosial dan pendidikan, peranan research and development masih
sangat kecil, dan kurang dari 1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan. (Unfortunately,
R & D still pays a minor role in education. Less than one percent of
education expenditures are for this purpose. This is problably on of he main
reason why progress in educationhas lagged far behind progress in other field.)[21]
Produk yang dihasilkan dalam penelitian Research and Development
bermacam-macam. Dalam bidang teknologi, orientasi produk teknologi yang
dapat dimanfaatkan untuk kehidupan manusia adalah produk yang berkualitas,
hemat energi, menarik, harganya murah, bobotnya ringan, dan bermanfaat ganda.
Sebagai contohnya adalah komputer yang canggih bisa berfungsi sebagai
pengetikan, gambar, analisis, TV, tape, camera, bahkan penghubung komunikasi.
Sedangkan dalam bidang pendidikan, produk-produk yang dihasilkan melalui
penelitian R&D diharapkan dapat meningkatkan produktivitas
pendidikan, dalam artian memiliki lulusan yang jumlahnya banyak, berkualitas,
dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya kurikulum yang
spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media
pendidikan, buku ajar, modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi,
model uji kompetensi, penataan ruang kelas untuk model pembelajaran tertentu,
model unit produksi, model manajemen, sistem pembinaan pegawai, penggajian dan
lain sebagainya.
Sesuai contoh di atas,misalnya peneliti akan menghasilkan metode
mengajar baru, maka peneliti harus membuat rancangan metode mengajar baru.
Rancangan metode mengajar baru ini dibuat berdasarkan penilaian terhadap metode
mengajar lama, sehingga dapat ditemukan kelemahan-kelemahan terhadap metode
tersebut. Selain itu, peneliti juga harus melakukan penelitian kepada
sekolah-sekolah lain yang dipandang
metode mengajarnya bagus. Dari penelitian terhadap sekolah-sekolah tersebut
akan diperoleh referensi mutakhir yang terkait dengan metode mengajar, yang
selanjutnya dikaji beserta indikator pelaksanaanya dan hasil kerjanya.
Hasil akhir dari kegiatan penelitian dan pengembangan (R &
D)adalah berupa desain produk baru, yang lengkap dengan spesifikasinya.
Misalnya desain motor angkutan hasil pertanian di pedesaan, maka spesifikasi
utama adalah: kapasitas angkut untuk orang dan barang, kecepatan kendaraan,
pemakaian bahan bakar, lebar, tinggi, dan berat kendaraan, kualitas kendaraan,
nilai ekonomis, serta kemampuan masyarakat untuk membeli kendaraan tersebut
(harga).
Desain produk harus diwujudkan dalam gambar atau bagan, sehingga
dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai dan membuatnya. Dalam bidang
teknik, desain produk harus dilengkapi dengan penjelasan mengenai bahan-bahan
yang digunakan untuk membuat setiap komponen pada produk tersebut, ukuran dan
toleransinya, alat yang digunakan untuk mengerjakan serta prosedur kerja. Dalam
produk yang berupa sistem perlu dijelaskan mekanisme penggunaan sistem
tersebut, cara kerja, berikut kelebihan dan kekurangannya.
Pada contoh tentang produk pendidikan di atas yakni tentang metode
mengajar yang baru, hasil akhir dari kegiatan penelitian ini adalah berupa
desain metode yaitu rancangan metode pembelajaran baru. Desain metode ini masih
bersifat hipotetik. Dikatakan hipotetik karena efektivitasnya belum terbukti,
dan akan dapat diketahui setelah melalui pengujian-pengujian. Setiap desain
produk perlu ditunjukkan dalam gambar kerja, bagan, atau uraian ringkas,
sehingga akan memudahkan pihak lain untuk memahaminya. Dengan demikian,
efektivitas metode mengajar baru bisa diukur dan mudah diimplementasikan,
sehingga suasana belajar menjadi kondusif dan hasil pembelajaran meningkat.
Metode penelitian eksperimen, survey dan
naturalistik juga dapat ditempatkan dalam satu garis kontinum. Metode
penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk
mencari pengaruh treatment (perlakuan) tetentu. Misalnya: Pengaruh ruang
kelas ber-AC terhadap efektivitas pembelajaran. Metode survey digunakan
untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan
peneliti) tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data misalnya
dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur dan lain sebagainya
(perlakuan tidak seperti dalam eksperimen). Metode penelitian naturalistik
digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah, dan penelitian tidak membuat
perlakuan karena peneliti dalam mengumpulkan data bersifat emic, yaitu
berdasarkan pandangan dari sumber data, bukan pandangan peneliti.
Adapun contoh-contoh pendekatan penelitian
yang menggunakan metode-metode penelitian yang sudah dijelaskan di atas,
menurut Sugiyono sebagai berikut: jenis pendekatan penelitian yang menggunakan
metode survey dan eksperimen adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan
pendekatan kualitatif menggunakan metode naturalistik. Basic research pada
umumnya menggunakan metode eksperimen dan pendekatan kualitatif. Sedangkan applied
research menggunakan metode ekserimen dan survey. Adapun penelitian
pengembangan atau Research and Development (R & D) biasanya
menggunakan metode survey, eksperimen serta pendekatan kualitatif.[22]
Berbeda dengan Sugiyono, Donald Ary, et. al dalam bukunya Introduction
to Research in Education yang diterjemahan ke dalam Pengantar
Penelitian dalam Pendidikan oleh Arief Furchan menyatakan terdapat empat kategori yang
dipakai untuk mengelompokkan penelitian pendidikan, di antaranya adalah:
1. Eksperimental/eksperimen
Eksperimen biasanya dianggap sebagai penelitian yang paling sophisticated
untuk menguji hipotesis. Metode ini dimulai dengan suatu pertanyaan tentang
hubungan antara dua variabel atau lebih. Pada saat yang sama, peneliti
mengajukan satu hipotesis atau lebih yang menyatakan sifat hubungan yang
diharapkan. Eksperimen adalah kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh
peneliti untuk mengumpulkan bukti-bukti yang ada hubungannya dengan hipotesis.
Peneliti dengan sengaja dan secara sistematis memasukkan perubahan-perubahan ke
dalam gejala-gejala alamiah dan kemudian mengamati akibat dar
perubahan-perubahan tersebut. Hipotesis di sini menyatakan harapan tentang
hasil yang merupakan akibat dari perubahan yang dimasukkan itu. Dalam
melaksanakan eksperimen, peneliti memberikan perhatian besar kepada pengubahan
(manipulasi) dan pengendalian (kontrol) variabel serta kepada pengamatan dan pengukuran
hasil eksperimen. Melalui metode penelitian inilah peneliti dapat memperoleh
bukti-bukti yang paling meyakinkan tentang pengaruh satu variabel terhadap
variabel yang lain.
Dari uraian di atas, secara ringkas Donald Ari, dkk. mendefinisikan
metode penelitian eksperimen sebagai suatu penyelidikan ilmiah yang menuntut
peneliti memanipulasi dan mengendalikan satu atau lebih variabel bebas serta
mengamati variabel terkait, untuk melihat perbedaan yang sesuai dengan
manipulasi variabel-variabel bebas tersebut.[23] Adapun tujuan utama eksperimen adalah menetapkan apa yang mungkin
terjadi. Dalam metode ekperimental harus ada setidaknya dua variabel yaitu
variabel yang diberi perlakuan dan variabel yang tidak diberi perlakuan atau
dengan kata lain harus terdapat kelompok coba dan kelompok pengendali.[24]
2. Ex post facto
Ex post facto berasal dari
bahasa latin yang artinya “dari sesudah fakta”, menunjukkan bahwa penelitian
itu dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas itu terjadi
karena perkembangan kejadian itu secara alami. Kerlinger memberikan batasan
penelitian ex post facto ini dengan cukup ringkas sebagai: penyelidikan
empiris yang sistematis di mana ilmuwan tidak mengendalikan variabel bebas
secara angsung karena perwujudan variabel tersebut telah terjadi, atau karena
variabel tersebut pada dasarnya memang tidak dapat dimanipulasi. Keseimpulan
tentang hubungan di antara variabel-variabel yang dilakukan, tanpa intervensi
langsung berdasarkan perbedaan yang mengiringi variabel-bebas dan variabel terikat.[25]
Metode penelitian ini serupa dengan penelitian eksperimental,
hanya di sini penelitian tidak dapat secara langsung memanipulasi variabel
bebas, maksudnya serupa adalah logika dasarnya adalah sama-sama meneliti
hipotesis mengenai hubungan antara dua variabel yakni variabel bebas (x) dan
variabel terikat (y) atau membandingkan dua variabel tersebut, sedangkan
bedanya adalah dalam hal pengaruh variabel luar atau variabel bebas di mana
dalam metode eksperimen variabel bebas dikendalikan oleh kondisi-kondisi
eksperimental, sebaliknya dalam metode ex post facto peneliti tidak dapat
mengendalikan variabel bebas. Karena tidak adanya pengendalian maka dalam ex
post facto lebih sulit bagi kita untuk menyimpulkan bahwa x benar-benar ada
hubungan dengan y. Variabel dalam penelitian ini lebih condong pada hubungan
sebab-akibat yang telah terjadi.
3. Deskriptif
Deskriptif di sini berarti melukiskan dan
menafsirkan keadaan yang ada sekarang. Penelitian ini berkenaan dengan kondisi
atau hubungan yang ada: praktik-praktik yang sedang berlaku, keyakinan, sudut
pandang atau sikap yang dimiliki: proses-proses yang sedang berlangsung;
pengaruh-pengaruh yang sedang dirasakan; atau kecenderungan-kecenderungan yang
sedang berkembang.[26]
Tujuan utama penelitian deskriptif ialah melukiskan keadaan sesuatu atau yang
sedang terjadi pada saat penelitian berlangsung.[27]
Penelitian deskriptif biasanya tidak diarahkan untuk menguji
hipotesis. Misalnya, seorang administrator sekolah ingin mengetahui berapa
siswa baru yang mungkin dapat diterima di sekolah tahun depan sehingga dapat
dibuat rencana pemanfaatan fasilitas dan staf sekolah seefektif mungkin dalam
menampung seluruh populasi sekolah. Penerimaan siswa baru itu tidak perlu
diteliti sebagai variabel yang dikaitkan dengan variabel lainnya; dengan kata
lain, administrator tersebut tidak menguji hipotesis, melainkan mencari
informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan.
Penelitian deskriptif menurutnya terdiri
dari beberapa sub kategori yaitu:
a. Studi kasus
Dalam studi kasus, peneliti berusaha menyelidiki seorang individu
atau suatu unit sosial secara mendalam. Peneliti mencoba menemukan semua
variabel penting dalam sejarah atau perkembangan subjek tersebut. Penekanannya
adalah pada pemahaman mengapa individu tersebut memberikan tanggapannya
terhadap lingkungan. Hal ini memerlukan waktu yang cukup lama. Peneliti
mengumpulkan data tentang keadaan subjek pada saat ini, pengalamannya di masa
lalu, lingkungannya, dan bagaimana kaitan faktor-faktor ini satu sama lain.
Studi kasus mencoba meneliti secara totalitas, utuh, bukan hanya saat ini saja
tetapi juga masa lalunya, lingkungannya, emosinya dan pikirannya. Peneliti
berusaha mengetahui mengapa seseorang bertingkah laku seperti itu, bukan hanya
sekedar merekam tingkah laku saja.[28]
b. Survey
Survey mengumpulkan data yang relatif terbatas dari kasus-kasus
yang relatif besar jumlahnya. Tujuan survei adalah mengumpukan data variabel
bukan individu. Pertanyaan yang diajukan dalam survei adalah pertanyaan yang
harus dijawab dengan mengumpulkan informasi seperti yang tampak dalam sensus
penduduk.[29]
Survey dapat digunakan bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan
juga untuk membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya atau untuk menilai keefektifan program. Survei dapat juga
digunakan untuk menyelidiki hubungan atau untuk menguji hipotesis.[30]
c. Studi perkembangan
Penting bagi para pendidik untuk mendapatkan informasi yang dapat
dipercaya tentang bagaimana sifat-sifat anak pada berbagai usia, bagaimana
perbedaan mereka dalam tingkatan usia, serta bagaimana mereka tumbuh dan
berkembang. Pengetahuan tentang pertumbuhan fisiologis, intelek dan emosi
penting karena berbagai masalah praktis, maupun teoritis. Bangunan fisik,
kurikulum, dan metode mengajar harus mempertimbangkan karakteristik pelajar
yang relevan, demikian pula setiap teori belajar atau mengajar yang komprehensif.
Dua teknik yang biasa digunakan untuk meneliti karakteristk tersebut adalah metode
longitudinal dan cross sectional.
Dalam Metode longitudinal, sampel subjek yang sama
dipelajari selama jangka waktu tertentu. Peneliti yang menyelidiki perkembangan
konsep-kuantitatif siswa sekolah dasar misalnya, akan memulai dengan mengukur
kecakapan-kuantitatif kelompok siswa kelas satu, kemudian dilanjutkan dengan
pengukuran kecakapan mereka setiap tahun pada tiap tingkatan kelas berikutnya.
Dengan demikian, peneliti dapat menilai bagaimana perkembangan kecakapan
kelompok ini selama jangka waktu tertentu. Karena yang dihadapi adalah
individu-individu yang sama, maka faktor seperti kemampuan sebelumnya akan
tetap konstan sehingga perbedaan yang diamati di antara dua tingkatan kelas
dapat ditafsirkan sebagai perubahan kecakapan kuantitatif yang ada hubungannya
dengan pertumbuhan subjek.
Metode longitudinal memungkinkan adanya penyelidikan intensif
terhadap individu karena peneliti mengumpulkan data tentang subjek yang sama
pada berbagai tingkatan. Akan tetapi, penyelidikan longitudinal memiliki
kesulitan praktis yang melekat. Pertama, penelitian semacam ini menuntut adanya
komitmen dari individu atau lembaga yang bersedia menyediakan waktu, uang, dan
sumber daya lainnya selama beberapa tahun sebelum proyek itu selesai. Jika
sampel yang dipilih itu ternyata jelek, tak ada sesuatu pun yang dapat
dilakukan untuk memperbaikinya, demikian pula tidak ada variabel penelitian
longitudinal baru yang dapat dimasukkan sesudah penelitian itu matang. Contoh
konkritnya adalah penelitian terhadap skor IQ.
Metode Cross-Sectional menyelidiki
subjek dari berbagai tingkatan usia pada saat yang sama. Misalnya, studi cross
sectional tentang perkembangan kecakapan kuantitatif akan menggunakan sampel
yang berbeda dari setiap tingkatan kelas. Pendekatan ini akan membandingkan
ukuran yang berasal dari sampel-sampel tersebut.
d. Studi tindak lanjut (follow up studies)
Studi tindak lanjut agak menyerupai metode longitudinal. Studi
jenis ini menyelidiki perkembangan subyek sesudah diberikan perlakuan atau
kondisi tertentu. Penyelidikan tindak lanjut sering dilakukan untuk menilai
keberhasilan program tertentu.[31]
e. Analisis documenter
Analisis dokumenter sering disebut juga analisis isi (content analysis), tidak terbatas pada penghitungan
sederhana saja, melainkan dapat juga digunakan untuk menyelidiki variabel
sosiologis dan psikologis.[32]
f. Studi kecenderungan (trend
analyses)
Studi kecenderungan atau analisis kecenderungan digunakan untuk
mempelajari kecepatan dan arah perubahan, dan kecenderungan ini dapat digunakan
untuk meramalkan keadaan di masa depan. Sebagai contohnya kantor pendidikan
berusaha menempatkan sekolah-sekolah baru di daerah yang kecepatan pembangunan
rumah dan pertumbuhan penduduknya menunjukkan bahwa sekolah itu akan sangat
dibutuhkan di sana.[33]
g. Studi korelasi
Studi korelasi adalah penelitian deskriptif yang sering digunakan
untuk menetapkan besarnya hubungan antara variabel-variabel. Studi korelasi
memungkinkan peneliti memastikan sejauh mana perbedaan di salah satu variabel
ada hubungannya dengan perbedaan dalam variabel yang lain. Besarnya hubungan
itu ditetapkan melalui koefisien korelasi.[34]
4. Historis
Menyangkut suatu prosedur guna melengkapi
pengamatan, suatu proses yang dipakai oleh para ahli sejarah dalam usahanya
menguji kebenaran pengamatan-pengamatan yang dilakukan orang lain.[35]
Tujuan utama penelitian historis adalah untuk menceritakan apa yang terjadi di
masa lalu.[36]
Meski beberapa tokoh di atas membagi penelitian pendidikan ke dalam beberapa
metode, namun tak satu pun metode-metode tersebut selalu lebih baik dari pada
yang lain karena metode yang digunakan dalam suatu penelitian ditentukan oleh
sifat persoalannya dan jenis data yang diperlukan. Sering ada urutan logis di
mana suatu jenis penelitian akan mengikuti jenis penelitian yang lain.
Kadang-kadang para peneliti memulai dengan suatu metode atau studi historis,
untuk memastikan apa yang dilakukan oleh orang sebelumnya (di masa lalu).
Selanjutnya melakukan studi deskriptif sehingga diperoleh keterangan mengenani
kedudukan masalah itu dalam pendidikan saat ini. Dengan latar belakang
tersebut, peneliti dapat memulai ekperimentasi guna menetapkan hubungan antara
variabel-variabel yang mungkin sudah dikemukakan oleh jenis-jenis penelitian
lainnya.
Sebagai contoh, saat penulis membuat
skripsi untuk memenuhi syarat
kelulusan di jenjang strata satu (S1), penulis memulai dengan melalukan studi
historis terhadap judul yang relevan atau sesuai dengan judul skripsi yang
penulis ajukan guna memastikan apa yang telah dilakukan oleh orang sebelumnya.
Selanjutnya penulis mendiskripsikan dalam bentuk proposal skripsi, mulai dari
definisi operasional sampai dengan analisa data yang penulis gunakan. Kemudian
penulis mencari landasan teori melalui kajian pustaka dan menurunkannya ke
dalam instrumen-instrumen penelitian yang penulis pakai, lalu penulis melakukan
penelitian dengan instrumen yang ada, mengumpulkan data yang diperlukan,
menganalisanya melalui metode analisis data dan menarik sebuah kesimpulan dari
variabel-variabel yang penulis hubungkan.
D.
Teknik
Pengumpulan Data
Selain
metode penelitian pendidikan, seperti dijelaskan di atas, terdapat juga faktor
yang harus dicermati dalam penelitian pendidikan agar kesimpulan yang ditarik
benar, faktor tersebut yakni teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data
dibagi menjadi dua yakni tes dan non tes. Tes berupa tes tulis, lisan dan
perbuatan. Sedangkan non tes terdiri dari interview (wawancara), angket
(kuesioner), dokumentasi, observasi dan sosiogram. Interview terbagi menjadi
terstruktur dan tidak terstruktur. Sedangkan observasi terbagi ke dalam
observasi partisipan dan nonpartisipan.[37]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka penulis menarik kesimpulan yang
bahwa metode penelitian pendidikan merupakan cara ilmiah untuk
mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan dan
dibuktikan, berupa pengetahuan tertentu yang dapat digunakan untuk memahami,
memecahkan dan mengantisipasi masalah dalam bidang pendidikan.
Penelitian pendidikan secara metode diklasifikasikan menjadi
penelitian dasar, pengembangan (R&D) dan terapan, sedangkan berdasarkan
tingkat kealamiahan tempat penelitian, metode penelitian dibagi menjadi
eksperimen, survei, naturalistik. Setiap pendekatan penelitian mempunyai metode
penelitian masing-masing, misalnya jenis pendekatan penelitian yang menggunakan metode
survey dan eksperimen adalah pendekatan kuantitatif, sedangkan pendekatan
kualitatif menggunakan metode naturalistik. Basic research pada umumnya
menggunakan metode eksperimen dan pendekatan kualitatif. Sedangkan applied
research menggunakan metode eksperimen dan survey. Adapun penelitian
pengembangan atau Research and Development (R & D) biasanya
menggunakan metode survey, eksperimen serta pendekatan kualitatif.
Meski beberapa tokoh di atas tadi membagi penelitian pendidikan ke dalam
beberapa metode, namun tak satu pun metode-metode tersebut selalu lebih baik
dari pada yang lain karena metode yang digunakan dalam suatu penelitian
ditentukan oleh sifat persoalannya dan jenis data yang diperlukan.
B.
Saran
Dari makalah di atas saran yang penulis sampaikan kepada pembaca
adalah agar pembaca lebih cermat dalam memilih metode penelitian yang dipakai, sehingga
didapatkan sebuah kesimpulan yang benar.
Demikian makalah ini kami sampaikan, tentunya tak ada gading yang
tak retak, kritik dan saran yang bersifat konstruktif kami tunggu demi
kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Ary,
Donald. et al. Introduction to Research in Education. terjemahan
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional.
Best, Jhon W. Research in Education, 1970, edisi
kedua (Englewood Cliffs) New York: Prentice-Hall
Hadjar,
Ibnu. Dasar-dasar Metodologi
Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, 1999. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Kerlinger. Foundation of Behaviour Research, tanpa
tahun, tanpa penerbit
Sugiyono,
Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan R&D. 2010.
Bandung: Al-Fabeta.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, 2008. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
[1]
Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional, hal. v.
[2]
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 4.
[3]
Ibid, hal 6-8.
[4]
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, 2008. Bandung:
Remaja Rosdakarya, hal. 52.
[5]
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 10.
[6]
Ibid.
[7]
Nana Syaodih Sukmadinata. Metode Penelitian Pendidikan, 2008. Bandung:
Remaja Rosdakarya, hal. 52.
[8]
Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan,
1999. Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 10.
[9]
Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional, hal. 50.
[10]
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif dan R&D. 2010.
Bandung: Al-Fabeta, hal. 3.
[11]
Ibid.
[12]
Nana Syaodih Sukmadinata. Ibid. hal. 53.
[13]
Sugiyono. Ibid. hal. 14.
[14]
Ibid.
[15]
Ibid.
[16]
Ibid. hal. 6-7.
[19]
Ibid.
[20]
Ibid, hal 407.
[21]
Ibid, hal 408.
[22]
Ibid, hal. 12.
[23]
Kerlinger. Foundation of
Behaviour Research, tanpa tahun, tanpa penerbit. hal. 135.
[24]
Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional, hal. 337.
[25]
Ibid. hal. 382
[26]
Jhon W. Best, Research in
Education, 1970, edisi kedua (Englewood Cliffs) New York: Prentice-Hall,
1970, hal. 315.
[27]
Donald Ary, et al. Introduction to Research in Education. terjemahan
Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Arief Furchan. 1982. Surabaya: Usaha
Nasional, hal. 51.
[28]
Donald Ary, et al. Ibid. hal. 416.
[29]
Ibid. hal. 418.
[30]
Ibid., hal. 424.
[31]
Ibid. hal. 427.
[32]
Ibid. hal. 428.
[33]
Ibid.
[34]
Ibid. 429.
[35]Ibid, dikutip dari Travers, Introduction
to Educational Research, tanpa tahun dan penerbit, hal. 183.
[37]
Sugiyono, ibid. hal. 193-205.