Tugas Sintaksis

 VARIASI STRUKTUR KALIMAT PADA HARIAN KOMPAS



Makalah ini disusun guna melengkapi tugas individu
Mata Kuliah Sintaksis Dosen Pengampu : Dr. Mimi Mulyani, M.Hum.











Disusun Oleh:
     Nama       : Karnoto
NIM         : 0202515027





PROGRAM PASCA SARJANA PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015


KATA PENGANTAR


              Kalimat merupakan salah satu kajian bidang sintaksis. Di samping itu, sintaksis juga mengkaji masalah struktur kalimat yang berupa fungsi sintaksis, kategori sintaksis, dan peran semantik. Hal ini tidak bisa dipisahkan pembicaraannya dari kalimat. Oleh karena itu, pada uraian berikut ini akan di kupas mengenai masalah sintaksis secara singkat.
       Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti ‘dengan’ dan tattein yang berarti ‘menempatkan’. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat. Di samping uraian tersebut, banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan mengatakan bahwa sintaksis adalah cabang ilmu yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase.
       Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu:
A.  Fungsi sintaksis
Fungsi itu bersifat sintaksis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping itu, ada fungsi lain seperti atributif( menerangkan), kordinatif( yang menggabungkan secara setara), subordinatif( yang menggabungkan secara bertingkat).
B.  Kategori sintaksis
Dalam ilmu bahasa, kata dikelompokkan berdasarkan bentuk serta perilaku yang sama, atau mirip, dimasukkan ke dalam suatu kelompok, sedangkan kata lain yang bentuk dan perilakunya sama atau mirip dengan sesamanya, tetapi berbeda dengan kelompok yang pertama, dimasukkan ke dalam kelompok yang lain. Dengan kata lain, kata dapat dibedakan berdasarkan kategori sintaksisnya. Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata.
C.  Peran Semantis
Analisis peran merupakan analisis terhadap makna yang terkandung pada konstituen pengisi fungsi dalam kalimat.



DAFTAR ISI

Halaman Judul         -------------------------------------------------------------------------------     i
Kata Pengantar        -------------------------------------------------------------------------------     ii
Daftar Isi                  -------------------------------------------------------------------------------     iii

Bab I   Pendahuluan                         
A. Latar Belakang Masalah    -----------------------------------------------------------    1
B. Identifikasi Masalah          -----------------------------------------------------------    4
C. Rumusan Masalah             -----------------------------------------------------------    4
D. Tujuan Penelitian               -----------------------------------------------------------    4

Bab II  Kajian Pustaka dan Landasan Teoritis 
A. Kajian Pustaka                -------------------------------------------------------------    5
B. Landasan Teoritis            -------------------------------------------------------------    6
1. Pengertian Sintaksis    -------------------------------------------------------------    6
2. Pola Sintaksis              -------------------------------------------------------------    7
3. Pengertian Frasa          -------------------------------------------------------------    10
4. Jenis-jenis Frasa           -------------------------------------------------------------    11
5. Pengertian Klausa       -------------------------------------------------------------    11
6. Jenis-jenis Klausa        -------------------------------------------------------------    12
7. Pengertian Kalimat      -------------------------------------------------------------    13
8. Wacana                        -------------------------------------------------------------    15

Bab III Metode Penelitian 
A. Sumber dan Sumber Data                              --------------------------------------  17
B. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data    --------------------------------------  17
C. Teknik Analisis Data dan Interpretasi           --------------------------------------  18

Bab IV Hasil Pembahasan 
A. Analisis Kalimat sebagai Unsur Pembentuk Paragraf    -------------------------  19

Bab V Penutup 
A. Simpulan                                                                                                         -------------------------------------------------------------------------------                                                                             32
B. Saran        -------------------------------------------------------------------------------     32

Daftar Pustaka
Lampiran




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bahasa adalah alat untuk berkomunikasi yang digunakan manusia dengan sesama anggota masyarakat lain. Bahasa itu juga berupa pikiran, keinginan, atau perasaan yang ada pada diri si pembaca atau penulis. Bahasa yang digunakan itu hendaklah dapat mendukung maksud secara jelas agar apa yang dipikirkan, diinginkan, atau dirasakan itu dapat diterima oleh pendengar atau pembaca.
Dalam hal itu untuk menarik dan dapat mencapai sasaran secara baik kita juga harus menggunakan kalimat yang secara baik dengan variasi-variasi kalimat tersebut. Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti gagasan yang ada pada pikiran pembicara atau penulis.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Adapun keefektifan kalimat, selain dilihat dari ciri gramatikal, keselarasan, kepaduan dan kehematannya itu dapat dilihat dari kata-kata yang mempunyai unsur SPOK atau kalimat yang mempunyai ide atau gagasan pembicara/penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin.
Kalimat adalah bagian ujaran yang memepunyai stuktur minimal subjek (S) dan (P) dan intonasinya menujukan bagian ujaran itu sudah lengkap dengan makna. Intonasi final kalimat dalam bahasa tulis dilambangkan dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Penetapan struktur bukanlah semata-mata gabungan atau ragkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penutur.
Sesungguhnya yang menetukan satuan kalimat bukan banyaknya kata yang menjadi unsurnya, melainkan intonasinya. Setiap satuan kalimat dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan,1996). Dalam wujud tulisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, di sela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya kesatuan asimilasi bunyi ataupun proses fonologi lainnya. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru (Alwi,et. al 1998; Kridalaksana, 1985).
Dalam berbahasa, baik secara lisan maupun tulis, kita sebenarnya tidak mengunakan kata-kata secara lepas. Akan tetapi, kata-kata itu terangkai mengikuti aturan atau kaidah yang berlaku sehingga terbentuklah rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan. Rangkaian kata yang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, atau perasaan itu dinamakan kalimat.
Kalimat yang kita gunakan sesungguhnya dapat dikembalikan ke dalam sejumlah kalimat dasar yang sangat terbatas. Dengan perkataan lain, semua kalimat yang kita gunakan berasal dari beberapa pola kalimat dasar saja. Sesuai dengan kebutuhan kita masing-masing, kalimat dasar tersebut kita kembangkan, yang pengembangannya itu tentu saja harus didasarkan pada kaidah yang berlaku.
Sintaktik atau dalam bahasa Inggris syntax adalah bagian dari hirarki gramatikal dalam ilmu linguistik bersama-sama dengan morfologi. Jika morfologi mempelajari hubungan gramatikal dengan kata maka sintaksis membahas kaidah gramatikal yang ada dalam hubungan antar kata pada satu bahasa yaitu kata-kata itu membentuk frase, klausa, kalimat bahkan wacana seperti paragraf (Verhaar, 1992:70).
Tulisan ini akan membahas dua hal pokok yaitu analisis paragraf sebagai sebuah wacana dan analisis kalimat-kalimat pembentuk paragraf. Paragraf adalah bagian dari sebuah karangan (dalam wacana tertulis) atau bagian dari suatu tuturan (dalam wacana lisan) yang dari segi bentuknya merupakan rangkaian kalimat yang saling terkait dan membentuk suatu kesatuan sedangkan dari segi maknanya merupakan satuan informasi yang memiliki satu ide pokok sebagai pengendalinya (Ramlan, 1993:1). Sebuah paragraf dalam wacana tulis dapat dibedakan dengan penulisan yang agak menjorok di awal kalimat atau terpisah dari kumpulan kalimat lainnya.
Sebagai sebuah wacana atau bagian dari sebuah wacana analisis, suatu paragraf dapat dinilai dari kohesi dan koherensinya.Paragraf yang kohesif adalah paragaraf yang padu dari segi bentuk. Adapun paragraf yang koheren adalah paragraf yang mengandung kalimat-kalimat dengan informasi yang berhubungan erat dan padu. Jadi kekohesifan adalah kepaduan bentuk sedangkan kekoherensian adalah kepaduan dalam bidang makna.
Analisi sintaktik kalimat pembentuk paragraf akan membahas jenis kalimat dan unsur pembentuknya sampai tataran frase. Klasifikasi jenis kalimat dapat didasarkan atas dua hal yaituberdasarkan unsur pembentuknya dan berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasional (Ramlan, 1996:27-49). Klasifikasi berdasarakan unsur pembentuk itu akan membedakan apakah sebuah kalimat berklausa, apakah hanya terdiri dari satu klausa (kalimat sederhana) atau lebih dari satu klausa (kalimat luas: hubungannya setara atau tidak). Adapan klasifikasi berdasarkan fungsinya dalam hubungan situasional akan mengelompokkan kalimat-kalimat itu pada kalimat berita, tanya, atau suruh sesuai dengan ciri formal yang dimilikinya.
Selanjutnya, kalimat berklausa akan dianalisis pada tataran klausa. Pada tataran ini sebuah klausa akan diklasifikasi berdasarkan strukturnya yaitu apakah termasuk klausa lengkap (klausa mayor) atau tidak lengkap, ada bagian yang dihilangkan (klausa minor). Selain itu, dari segi ada tidaknya kata negatif dalam klusa itu akan menentukan apakah klausa itu termasuk klausa positif atau negatif. Kemudian dalam kategori kata atau frase pengisi fungsi predikatnya akan ditentukan apakah klausa tersebut klausa nominal verbal, bilangan atau depan. Selanjutnya, analisis klausa ini akan membagi klausa berdasarkan unsur pembentuknya dengan mengikuti penilitian sintaktik model Verhaar dan Ramlan yang akan mengkaji masing-masing klausa itu dari 3 hal, yaitu : fungsi, kategori, dan peran dari tiap unsur pembentuk klausa tersebut.
Verhaar mendefinisikan fungsi sintaksis sebagai sebuah konstituen bentuk yang bebas diisi oleh unsur semantik ataupun unsur kategorial apapun. Fungsi itu dapat disamakan dengan apa yang disebut slot dalam analisis tagmemik yang didefinisikan sebagai tempat kosong yang harus diisi dengan kategori dan peran unsur semantik tertentu. Oleh karena itu, analisis fungsional akan membagi sebuah bentuk bahasa dalam unsur yang lebih kecil dengan slot itu.
Kategori sintaksis adalah apa yang lazim disebut sebagai kelas kata seperti nomina, verba, adverbia, dan sebagainya. Analisis kategorial yang merupakan kelanjutan analisis fungsional biasanya akan menjelaskan kategori dari tiap fungsi yang sudah teridentifikasi. Jadi dalam hal itu, kategori ini bisa tidak hanya terdiri dari satu kata tetapi bisa saja satu frase.
Peran sintaksis menyangkut aspek makna dari tiap unsur dalam sebuah bentuk lingual. Jadi, analisis berdasarkan peran akan mempertimbangkan makna apa yang dikandung suatu unsur dalam hubungannya dengn unsur lain.
Selanjutnya, analisis akan bergerak pada tataran frase. Dari tiap frase pengisi fungsi dalam klausa yang ada dalam tataran ini, sebuah frase akan diketahui kategorinya serta jenisnya apakah termasuk frase endosentrik atau eksosentrik. Frase eksosentrik hanya berupa frase depan. Kemudian, tiap frase dipilah berdasarkan fungsi, kategori juga peran masing-masing unsur pembentuknya sampai akhirnya selesai pada tataran kata.
Agar mudah dipahami, analisis frase dan klausa berdasarkan fungsi, kategori, dan peran itu akan dibuat dalam bentuk tabel. Kolom tabel akan disesuaikan jumlah unsur slot atau fungsi yang ada pada tiap tataran itu. Adapun baris tabel selalu akan terdiri dari baris bentuk, fungsi, kategori, dan peran. Keempat urutan baris ini berulang sampai analisis selesai pada bentuk kata.

B. Identifikasi Masalah
Dalam kajian penelitian ini mengkaji berdasarkan fungsi, kategori, dan peran, pada sebuah artikel di harian Kompas edisi 18 Oktober 2009 dengan judul “menanti janji SBY”. Kesulitan  menganalisa kalimat dalam membedakan antara S, O, P, Pel, K  dalam sebuah kalimat, perlu menyiapkan konsep yang matang  tentang toeri kalimat.
Penelitian mengenai variasi struktur kalimat dibatasi berdasarkan fungsi, kategori, dan peran. Ragam bahasa yang digunakan adalah ragam bahasa media masa yang ada di harian Kompas. Sebagai sumber data, penelitian ini menggunakan teks artikel yang diterbitkan melalui harian Kompas edisi 18 Oktober 2009.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa masalah yang harus diuraikan, yaitu:
1. Bagaimana menganalisis kalimat pada artikel berdasarkan fungsi pada harian Kompas yang berjudul “menanti janji SBY”?
2. Bagaimana menganalisis kalimat pada artikel berdasarkan kategori pada harian Kompas yang berjudul “menanti janji SBY”?
3. Bagaimana menganalisis kalimat pada artikel berdasarkan peran pada harian Kompas yang berjudul “menanti janji SBY”?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, ada beberapa tujuan, yaitu:
1. Mendeskripsikan kalimat-kalimat berdasarkan fungsinya.
2. Mendeskripsikan kalimat-kalimat berdasarkan kategori.
3. Mendeskripsikan kalimat-kalimat berdasarkan peran.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORITIS

A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dilakukan terhadap hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan para peneliti sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini. Selanjutnya pustaka tersebut digunakan sebagai landasan teori atau pijakan dalam menganalisis temuan penelitian ini. Pustaka yang relevan yang mendasari penelitian ini meliputi karya-karya yang berupa hasil penelitian yang telah dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Rofiudin (1990) meneliti bentuk dan fungsi pertanyaan di dalam kelas dan keluarga. Temuannya adalah bahwa di dalam interaksi kelas sekolah dasar ada delapan bentuk pertanyaan yang dapat memerankan empat fungsi pertanyaan, yaitu meminta penjelasan, memohon, melarang, dan meminta ketegasan. Di dalam interaksi keluarga ada sebelas bentuk pertanyaan yang dapat memerankan enam fungsi, yaitu meminta penjelasan, memohon atau mengajak, melarang atau menolak, memuji atau mengejek, mengeluh, dan meminta ketegasan. Adapun penelitian selanjutnya (1994) meneliti sistem pertanyaan di dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan analisis pragmatik. Menurutnya pertanyaan di dalam bahasa Indonesia dapat dipergunakan untuk menggunakan empat jenis tindak tutur, yaitu tindak tutur direktif, ekspresif, komisif, dan representatif.
Mulyadi (1998), meneliti struktur semantis verba bahasa Indonesia. Teori yang digunakan dalam penelitian Mulyadi adalah teori Makna Alamiah Metabahasa. Aspek makna yang dikaji adalah klasifikasi, ketransitifan, peran, makna asli, dan struktur. Berdasarkan analisis yang dilakukannya, verba bahasa Indonesia dapat digolongkan atas keadaan, proses, dan tindakan. Verba keadaan mempunyai kelas kognisi, pengetahuan, emosi, dan persepsi; verba proses mempunyai kelas kejadian, proses badaniah, dan gerakan (bukan agentif); verba tindakan memiliki kelas gerakan (agentif), ujaran, dan perpindahan. Berdasarkan analaisis peran semantisnya, verba keadaan pada umumnya memiliki peran lokatif dan lokatif-tema. Pada verba proses, penderita diderivasi menjadi menjadi pasien dan tema. Relasi semantis verba tindakan ialah agen-lokatif, agen-tema, dan agen-pasien.
Walaupun penelitian Mulyadi menggunakan teori yang berbeda dengan penelitian ini tetapi penelitian Mulyadi dapat dimanfaatkan terutama cara menentukan keanggotaan setiap verba. Analisis yang dilakukan Mulyadi dalam menentukan keanggotaan setiap verba cukup tajam dan jelas sehingga cara analisisnya bermanfaat apabila dijadikan acuan dalam penelitian ini.
Masreng (2003) dalam tesisnya mengkaji tentang struktur dan peran semantis verba dengan makna emosi dalam bahasa Kei. Teori yang digunakan untuk mengungkapkan karakteristik semantik alamiah bahasa Key adalah teori Metabahasa Semantik Alami (NSM) yang diperkenalkan oleh Wierzbicka (1996) dengan teknik analisis parafrase. Teori lain yang digunakan adalah teori Peran Umum (Foley dan Van Valin, 1984 dan La Pola, 1997), dan teori Peranti Emotif oleh Ullmann (1977).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Masreng menunjukkan bahwa verba emosi bahasa Key memiliki tiga ciri, yaitu yang berbentuk ilokusi, peranti leksikal, dan idiomatik. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, verba dengan makna emosi diklasifikasikan menjadi empat domain makna. Keempat domain makna tersebut, yakni verba ilokusi oral, verba emosi rasa fisik, rasa psikis, dan rasa lainnya. Di samping itu, struktur semantis verba emosi memperhatikan kaidah makna bersistem. Artinya, dari makna sederhana menuju ke makna kompleks. Misalnya, suk suka, mayun sangat suka, dan ahel sangat suka/sangat menginginkan. Sistem ini berbeda dengan peran semantis verba dengan makna emosi dalam konstruksi klausa. Verba-verba tindak ilokusi oral bergeser dari peran agen ke lokatif dan dari pasien ke tema. Di lain pihak, verba-verba keadaan yang bermakna emosi memiliki ciri peran undergoer dalam struktur logisnya. Misalnya, babuax dalam Ya ya-babuax saya takut [undergoer], dan I ni mashun dia bersedih [undergoer].
Kajian yang dilakukan oleh Masreng berfokus pada struktur dan peran semantis verba dengan makna „emosi‟ saja, dan tidak membahas makna verba secara keseluruhan. Oleh karena itu, kajian Masreng belum menggambarkan perilaku verba secara keseluruhan, tetapi penelitiannya memberi kontribusi dalam proses analisis data penelitian ini. Keempat jenis tindak tutur tersebut merupakan kajian penelitiannya yang digunakan peneliti sebagai acuan atau daftar rujukan.

B. Kerangka Teoritis
1. Pengertian Sintaksis
Istilah sintaksis berasal dari bahasa Yunani, yaitu sun yang berarti dengan dan tattein yang berarti menempatkan. Secara etimologis, sintaksis berarti menempatkan bersama-bersama kata-kata atau kelompok kata menjadi kalimat (Ahmad dalam Putrayasa, 2008: 1). Banyak pakar memberikan definisi mengenai sintaksis ini. Ramlan dalam (Putrayasa, 2008:1) mengatakan, bahwa sintaksis adalah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.
Verhaar menyatakan bahwa, sintaksis adalah tatabahasa yang membahas hubungan antar-kata dalam tuturan. Sintaksis berurusan dengan tatabahasa di antara kata-kata dalam tuturan (1999: 161).
Sintaksis merupakan cabang linguistik yang mempelajari hubungan antara kata dengan kata, atau dengan satuan-satuan yang lebih besar, atau antara satuan-satuan yang lebih besar itu dalam bahasa. Morfologi, bersama-sama dengan sintaksis, merupakan tataran ilmu bahasa yang disebut ilmu bahasa atau gramatika. Morfologi juga disebut tata kata atau tata bentuk merupakan studi gramatikal struktur internal kata, sedangkan sintaksis yang juga disebut tata kalimat merupakan studi gramatikal mengenai kalimat. Batasan antara morfologi dan sintaksis di atas hanya sebagai pegangan dasar saja, sebab sebenarnya batas kedua wilayah studi itu tidaklah tegas.
Sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang dipergunakan sebagai sarana untuk menggabungkan kata menjadi kalimat, Stryker dalam (Tarigan, 2009: 4). Menurut Blonch dan Trager (dalam Tarigan, 2009: 4), analisis mengenai konstruksi-konstruksi yang hanya mengikutsertakan bentuk-bentuk bebas disebut sintaksis. Sedangkan, menurut Ramlan dalam Keraf, sintaksis adalah bagian dari tata bahasa yang membicarakan struktur frase dan kalimat (2009: 4).
Berdasarkan pernyataan-pernyataaan dan batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa sintaksis adalah ilmu tata kalimat yang membahas susunan kalimat dan bagiannya; lingkungan gramatikal dari suatu unsur bahasa yang menentukan fungsi, kategori, dan peran unsur tersebut.
Menurut Chaer (994:206), bahwa yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa frasa, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya.
2. Pola Sintaksis
Pola Sintaksis adalah struktur, urutan, tatanan kalimat yang membahas susunan kalimat dan bagiannya; lingkungan gramatikal dari suatu unsur bahasa yang menentukan fungsi, kategori, dan peran unsur tersebut. Menurut Chaer (994:206), bahwa yang biasa dibicarakan adalah (1) struktur sintaksis, mencakup masalah fungsi, kategori, dan peran sintaksis; serta alat-alat yang digunakan dalam membangun struktur itu; (2) satuan-satuan sintaksis yang berupa frasa, klausa, kalimat, dan wacana; dan (3) hal-hal yang berkenaan dengan sintaksis, seperti masalah modus, aspek, dan sebagainya. Pola sintaksis juga berupa analisis kalimat berdasarkan jenis kalimat, antara lain kalimat tak lengkap, kalimat tunggal, kalimat majemuk, kalimat berdasarkan bentuk sintaksis (kalimat deklaratif, kalimat imperatif, kalimat interogatif, kalimat imperatif).
Alwi menyatakan bahwa istilah kalimat mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi atau tanda baca (2003: 39). Menurut Alwi dkk. (2003: 35-39), kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu berdasarkan (1) kategori sintaktis, (2) fungsi sintaktis, dan (3) peran semantisnya.
2.1 Kategori sintaktis sering pula disebut dengan kategori atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori sintaktis yang utama, yaitu verba (kata kerja), nomina (kata benda, adjektiva (kata sifat), dan adverbial (kata keterangan).
2.2 Fungsi sintaktis yaitu tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa Indonesia adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan.
Disamping itu terdapat fungsi lain yaitu fungsi atributif (yang menerangkan), fungsi koordinatif (yang menggabungkan secara setara), subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat). Berikut ini penjelasan mengenai fungsi sintaksis menurut Alwi dkk. (2003: 326).
a. Fungsi Predikat
Predikat merupakan konstituen pokok yang disertai dengan konstituen subjek di sebelah kiri, jika ada, konstituen objek, pelengkap, dan/ atau keterangan wajib disebelah kanan. Predikat kalimat biasanya berupa frasa verbal atau frasa adjektival. Pada kalimat yang berpola SP, predikat dapat pula berupa frasa nominal, frasa numeral, atau frasa preposisional, di samping frasa verbal dan frasa adjektival.
b. Fungsi Subjek
Subjek merupakan fungsi sintaksis terpenting yang kedua setelah predikat. Pada umumnya subjek berupa nomina, frasa nominal, atau klausa. Pada umumnya subjek berada di sebelah kiri predikat. Jika unsur subjek panjang dibandingkan dengan unsur predikat, subjek sering juga diletakkan di akhir kalimat. Subjek pada kalimat imperatif adalah orang kedua atau orang pertama jamak dan biasanya tidak hadir. Subjek pada kalimat aktif transitif akan menjadi pelengkap bila kalimat itu dipasifkan.
c. Fungsi Objek
Objek adalah konstituen kalimat yang kehadirannya dituntut oleh predikat yang berupa verba transitif pada kalimat aktif. Letaknya selalu setelah predikatnya. Dengan demikian, objek dapat dikenali dengan meperhatikan (1) jenis predikat yang dilengkapinya dan (2) ciri khas objek itu sendiri.
Verba transitif biasanya ditandai oleh kehadiran afiks tertentu. Objek biasanya berupa nomina atau frasa nominal. Objek pada kalimat aktif transitif akan menjadi subjek jika di pasifkan. Potensi objek menjadi subjek apabila kalimat itu dipasifkan itu merupakan ciri utama yang membedakan objek dari nomina atau frasa nominal.
Objek
Pelengkap
1. berwujud frasa nominal atau klausa
1. berwujud frasa nominal, frasa verbal, frasa adjektivsl, frasa preposisional, atau klausa
2. berada langsung di belakang predikat
2. berada langsung bibelakang predikat jika tidak ada objek dan di belakang objek jika unsur ini muncul
3. menjadi subjek akibat pemasifan kalimat
3. tidak dapat menjadi subjek apabila ada pemasifan kalimat
4. dapat diganti dengan pronomina –nya
4. tidak dapat diganti dengan nya kecuali dalam kombinasi preposisiselain di , ke, dari, dan akan
d. Fungsi Pelengkap
Kebanyakan orang sering mencampuradukkan pengertian objek dan pelengkap. Hal ini dapat dimengerti karena antara kedua konsep itu memang terdapat kemiripan. Baik objek maupun pelengkap sering berwujud nomina, dan keduanya sering menuduki tempat yang sama yakni dibelakang verba.
2.3 Peran Semantis
Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantis yang berbedabeda (Alwi dkk, 2003: 334). Peran semantik merupakan analisis mengenai kedudukan kata dalam kalimat yang berupa pelaku, perbuatan, pengalaman, dll. Namun, dalam penelitian ini tidak membahas mengenai peran semantik.
2.4 Jenis Kalimat
Menurut Alwi, dkk. (2003), jenis kalimat dapat ditinjau dari sudut (a) jumlah klausanya, (b) bentuk sintaksisnya, (c) kelengkapan unsurnya, (d) susunan subjek dan predikatnya.
(a) Jumlah klausa
Kalimat berdasarkan jumlah klausa dapat dibagi atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk.
(b) Bentuk sintaksis
Kalimat berdasarkan bentuk sintaksis di bagi atas (1) kalimat deklaratif atau kalimat berita, (2) kalimat imperatif atau kalimat perintah, (3) kalimat interogatif atau kalimat tanya, dan (4) kalimat ekslamatif atau kalimat seruan. Penggolongan kalimat berdasarkan bentuk sintaksisnya itu tidak berkaitan langsung dengan fungsi pragmatis atau nilai komunikatifnya yakni fungsi pemakaian bahasa untuk tujuan komunikasi.
(c) Kelengkapan unsur
Berdasarkan kelengkapan unsurnya, kalimat dapat dibedakan atas (1) kalimat lengkap atau kalimat major, (2) kalimat taklengkap atau kalimat minor.
(d) Susunan subjek predikat
Kalimat dari segi susunan unsur subjek dan predikat dibedakan atas (1) kalimat biasa, (2) kalimat inversi.
Subjek pada penelitian ini adalah pola sintaksis, sedangkan objek penelitiannya adalah artikel di harian Kompas. Objek penelitian ini merupakan kalimat derivasional, kalimat yang strukturnya sudah mengalami perubahan demi kelancaran komunikasi, oleh karena itu peneliti membatasi ruang lingkup penelitian pada jenis kalimat yaitu 1) kalimat berdasarkan bentuk sintaksis yang diklasifikasi berdasarkan kategori sintaktis; 2) kalimat berdasarkan bentuk sintaksis yang diklasifikasi berdasarkan fungsi sintaktis; 3) kalimat berdasarkan bentuk sintaksis yang diklasifikasi berdasarkan peran semantisnya.
3. Pengertian Frasa
Unsur terkecil sintaksis adalah frasa. Frasa adalah satuan linguistik yang secara potensional merupakan gabungan dua kata atau lebih yang tidak mempunyai ciri-ciri klausa, menurut Cook, Elson, dan Pickett (dalam Bagus, 2008: 2). Ramlan (dalam Bagus, 2008: 2) mengatakan, bahwa frase adalah satuan gramatikal yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa. Kelompok kata yang menduduki sesuatu fungsi di dalam kalimat disebut frase, walaupun tidak semua frase terdiri atas kelompok kata menurut Putrayasa (dalam Bagus, 2008: 3). Frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis tertentu dalam kalimat tetapi tidak melampaui batas fungsi klausa atau dapat dikatakan frasa itu nonpredikatif (Tarmini, 11: 2012).
Menurut beberapa ahli, frasa dapat disimpulkan bahwa, Frasa merupakan satuan sintaksis yang terdapat satu tingkat di bawah klausa dan satu tingkat di atas kata. Secara sederhana penngertian frasa adalah satuan gramatika yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melebihi batas fungsi klausa, atau satuan gramatika yang tidak berpredikat (nonpredikatif).
4. Jenis-Jenis Frasa
Frasa dibagi atas beberapa jenis antara lain:
(1) frase eksosentrik;
(2) frase endosentris;
(3) frase koordinatif; dan
(4) frase apositif (Chaer, 1994: 225).
Menurut Tarigan (2009: 96), berdasarkan tipe strukturnya frase dibedakan atas (1) frase eksosentris; dan (2) frase endosentris. Jenis frasa berdasarkan distribusinya dalam kalimat, frasa dapat dibedakan menjadi frasa endosentris dan eksosentris (Tarmini, 2012: 12).
Jenis frasa berdasarkan kategori atau kelas dapat diklasifikasikan menjadi enam golongan, yaitu:
(1) frasa nominal atau frasa benda ;
(2) frasa verbal atau frasa kerja;
(3) frasa adjektival atau frasa sifat;
(4) frasa numeral atau frasa bilangan;
(5) frasa adverbial atau frasa keterangan; dan
(6) frasa preposisional dan frasa depan (Tarmini, 2012: 229).
5. Pengertian Klausa
Menurut Alwi, dkk., (2003: 39), istilah klausa digunakan untuk merujuk pada deretan kata yang paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi belum memiliki intonasi atau tanda baca tertentu. Klausa adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat menurut Cook; Elson dan Pickett dalam (Tarigan, 2009: 43). Menurut Ramlan dalam (Tarigan, 2009: 43) klausa adalah suatu bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat.
Klausa merupakan satuan sintaksis yang berada di atas satuan frasa dan di bawah satuan kalimat, berupa runtutan kata-kata berkonstruksi predikatif. Artinya, di dalam konstruksi itu ada komponen berupa kata atau frasa, yang berfungsi sebagai predikat; dan yang lain berfungsi sebagai subjek, sebagai objek, dan sebagainya (Chaer, 2009: 41). Sedangkan menurut Tarmini (2012: 26), klausa merupakan sebuah kontruksi kebahasaan yang dapat dikembangkan menjadi kalimat. Dapat dikatakan klausa sebagai kalimat dasar. Kalimat dasar merupakan kalimat deklaratif yang memiliki struktur predikasi. Kalimat dasar merupakan kalimat yang memenuhi kondisi:
(i)   kalimat itu hanya memiliki satu verba;
(ii)  kalimat itu tidak mengandung unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dengan unsur lain;
(iii) Subjek, Objek, dan Predikat kalimat dasar memunyai spesifikasi minimal; dan
(iv) kalimat dasar tidak mengandung operator sekunder seperti negasi, perintah, pertanyaan, dan modalitas.
6. Jenis-Jenis Klausa
Klausa dibagi atas beberapa jenis. Menurut Chaer (2009:42) klausa dapat dibedakan berdasarkan kategori dan tipe kategori yang menjadi predikatnya.
Berikut contoh dan penjelasan jenis-jenis klausa.
1. Klausa Nominal, yakni klausa yang predikatnya berkategori nomina.
Contoh:
Kakeknya      orang batak
S                    P
Ibunya           kepala SD        di Bekasi
S                    P                      Ket.
2. Klausa Verbal, yakni klausa yang predikatnya berkategori verba. Secara gramatikal dikenal adanya beberapa tipe verba antara lain:
a) klausa verbal transitif, yakni yang predikatnya berupa verba transitif.
Kakek       membaca         komik
S               P                      O
b) klausa verbal intransitif, yakni klausa yang yang predikatnya berupa verba intransitif, misalnya.
Anak-anak            berlari
S                           P
3. Klausa Ajektival, yakni klausa yang predikatnya berkategori ajektifa, misalnya.
Nenekku       masih cantik
S                    P
4. Klausa Peposisional, yakni klausa yang predikatnya berkategori preposisi. Misalnya:
Nenek           ke Medan
S                    P
5. Klausa Numeral, yakni klausa yang predikatnya berkategori numeralia. Misalnya:
Kucingnya    dua ekor
S                    P

7. Pengertian Kalimat
Satuan bahasa yang menjadi inti pembicaraan dalam sintaksis adalah kalimat. Kalimat merupakan satuan di atas klausa dan di bawah satuan wacana. Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasany berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final (Chaer, 2009: 44).
Menurut Hasan Alwi, dkk., kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda baca titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!).
Kalimat merupakan satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam tuturan, kalimat disampaikan dengan lemah lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti dengan kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan atau pun asimilasi bunyi atau proses fonologis lainnya. Wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimualai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru  (!); sementara itu, di dalamnya disertakan pula berbagai tanda baca seperti koma (,), titik dua (;), tanda pisah (-), dan spasi. Tanda titik, tanda tanya, dan tanda seruu sepadan dengan intonasi akhir, sedangkan tanda baca sepadan dengan jeda (Alwi, dkk., 2003: 311).
Pengertian kalimat pada penelitian ini adalah kalimat sebagai satu pikiran yang lengkap, meskipun hanya terdapat satu kata pun dapat dikatakan sebagai kalimat.
Alwi menyatakan bahwa istilah kalimat mengandung unsur paling tidak memiliki subjek dan predikat, tetapi telah dibubuhi intonasi atau tanda baca (2003: 39). Menurut Alwi dkk. (2003: 35-39), kalimat berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Tiap kata dalam kalimat mempunyai tiga klasifikasi, yaitu berdasarkan (1) kategori sintaktis, (2) fungsi sintaktis, dan (3) peran semantisnya.
1) Kategori sintaktis sering pula disebut dengan kategori atau kelas kata. Dalam bahasa Indonesia terdapat empat kategori sintaktis yang utama, yaitu verba (kata kerja), nomina (kata benda, adjektiva (kata sifat), dan adverbial (kata keterangan).
2) Fungsi sintaktis yaitu tiap kata atau frasa dalam kalimat mempunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frasa lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaktis, artinya berkaitan dengan urutan kata atau frasa dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa Indonesia adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Disamping itu terdapat fungsi lain yaitu fungsi atributif (yang menerangkan), fungsi koordinatif (yang menggabungkan secara setara), subordinatif (yang menggabungkan secara bertingkat).
3) Peran Semantis
Pada dasarnya tiap kalimat memerikan suatu peristiwa atau keadaan yang melibatkan satu peserta, atau lebih, dengan peran semantis yang berbeda-beda (Alwi dkk, 2003: 334).
Perhatikan contoh berikut ini.
a. Farida menunggui adiknya.
b. Penjahat itu mati.
Dari contoh a dan b dapat dilihat bahwa Farida merupakan pelaku, yakni orang yang melakukan perbuatan menunggu. Adiknya pada kalimat tersebut merupakan sasaran, yakni yang terkena perbuatan yang dilakukan oleh pelaku. Sedangkan kata penjahat pada kalimat b bukanlah pelaku karena mati bukanlah perbuatan yang dia lakukan, melainkan sesuatu yang terjadi padanya. Dari contoh di atas dapat disimpulkan bahwa peran semantik merupakan analisis mengenai kedudukan kata dalam kalimat yang berupa pelaku, perbuatan, pengalaman, dll.
a. Pelaku
Pelaku adalah peserta yang melakukan perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peserta umumnya manusia atau binatang. Tetapi benda yang potensial juga dapat berfungsi sebagai pelaku. Peran pelau itu merupakan peran semantis utama subjek kalimat aktf dan pelengkap kalimat pasif.
Perhatikan contoh berikut.
1) Anak itu sedang membaca koran. (kalimat aktif)
2) Buku saya di pinjam Andi. (kalimat pasif)
b. Sasaran
Sasaran adalah peserta yang dikenai perbuatan yang dinyatakan oleh verba predikat. Peran sasaran itu merupakan peran utama objek atau pelengkap seperti pada contoh berikut ini.
1) Doni mengirim uang kepada ibunya.
2) Ibu mengambilkan ayag air minum.
c. Pengalam
Pengalam adalah peserta yang mengalami keadaan atau peristiwa yang dinyatakan predikat. Peran pengalam merupakan unsur subjek yang predikatnya adjektiva atau verba taktransitif yang lebih menyatakan keadaan, contoh:
1) Adik saya sakit hari ini.
2) Saya melihat gunung itu meletus.
d. Peruntung
Peruntung adalah peserta yang beruntung dan yang memperoleh manfaat dari keadaan, peristiwa atau perbuatan yang dinyatakan oleh predikat. Partisipasi peruntung biasanya berfungsi sebagai objek, pelengkap, atau sebagai subjek verba jenis mempunyai atau menerima.
Contoh:
1) Ayah memberi uang kepada saya.
2) Ibu membelikan Tuti kalung.
e. Atribut
Dalam kalimat yang predikatnya nomina, predikat tersebut mempunyai peran semantis atribut. Perhatikan contoh berikut.
1) Orang itu guru saya.
2) Wanita itu ibunya.
f. Peran Semantik Keterangan
Disamping kelima peran si atas, ada peran semantis lain yang terdapat pada fungsi keterangan tempat, keterangan alat, dan keterangan sumber. Peran semantis ini pada dasarnya sesuai dengan sifat kodratif dari nomina yang ada pada keterangan.
8. Wacana
Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga terbentuklah makna yang serasi diantara kalimat-kalimat itu.
Sebagai satuan bahasa yang lengkap, maka dalam wacana itu berarti terdapat konsep, gagasan, pikiran, atau ide yang utuh, yang bisa dipahami oleh pembaca (dalam wacana tulis) atau pendengar (dalam wacana lisan) tanpa keraguan apapun. Sebagai satuan gramatikal tertinggi atau terbesar, wacana dibentuk dari kalimat-kalimat yang memenuhi persyaratan gramatikal, dan persyaratan kewacanaan lainnya. Persyaratan gramatikal dapat dipenuhi kalau dalam wacana itu sudah terbina kekohesifan, yaitu adanya keserasian hubungan antara unsur-unsur yang ada dalam wacana sehingga isi wacana apik dan benar.
1. Alat Wacana
Alat-alat gramatikal yang dapat digunakan untuk membuat sebuah wacana menjadi kohesif, antara lain: Pertama, konjungsi, yakni alat untuk menghubung-hubungkan bagian-bagian kalimat; atau menghubungkan paragraf dengan paragraf. Kedua, menggunakan kata ganti dia, nya, mereka, ini, dan itu sebagai rujukan anaforis sehingga bagian kalimat yang sama tidak perlu diulang melainkan menggunakan kata ganti. Ketiga, menggunakan elipsis, yaitu penghilangan bagian kalimat yang sama yang terdapat kalimat yang lain.
Selain dengan upaya gramatikal, sebuah wacana yang kohesif dan koheren dapat juga dibuat dengan bantuan berbagai aspek semantik, antara lain: Pertama, menggunakan hubungan pertentangan pada kedua bagian kalimat yang terdapat dalam wacana itu. Kedua, menggunakan hubungan generik - spesifik; atau sebaliknya spesifik - generik. Ketiga, menggunakan hubungan perbandingan antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Keempat, menggunakan hubungan sebab - akibat di antara isi kedua bagian kalimat; atau isi antara dua buah kalimat dalam satu wacana. Kelima, menggunakan hubungan tujuan di dalam isi sebuah wacana. Keenam, menggunakan hubungan rujukan yang sama pada dua bagian kalimat atau pada dua kalimat dalam satu wacana.
2. Jenis Wacana
Berkenaan dengan sasarannya, yaitu bahasa lisan atau bahasa tulis, dilihat adanya wacana lisan dan wacana tulis.Dilihat dari penggunaan bahasa apakah dalam bentuk uraian ataukah bentuk puitik dibagi wacana prosa dan wacana puisi. Selanjutnya, wacana prosa, dilihat dari penyampaian isinya dibedakan menjadi wacana narasi, wacana eksposisi, wacana persuasi dan wacana argumentasi.




BAB III
METODE PENELITIAN

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pendekatan teoretis dan pendekatan metodelogis. Pendekatan teoretis merupakan pendekatan untuk mengkaji analisis sintkasis sebagai kajian penelitian ini, sedangkan pendekatan metodelogis terbagi menjadi dua, yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan deskriptif karena data penelitian ini berupa bahasa verbal yang berupa lambang-lambang bahasa (huruf), bukan berupa angka, tapi berupa bentuk-bentuk verbal (Muhadjir, 1996 : 29). Bentuk-bentuk bahasa yang menjadi data penelitian ini adalah artikel menanti janji SBY yang bersumber pada harian Kompas, sehingga di dalam penelitian ini tidak digunakan perhitungan secara statistik.
Sementara itu, pendekatan deskriptif yang dikemukakan oleh Herber (dalam Koentjaraningrat, 1986: 31-32) memberikan gambaran teratur dan satu atau lebih variabel terikat dalam suatu kelompok tertentu. Mengacu pendapat Isaak dan Michael (1985 : 42) tentang pendekatan deskriptif, tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian ini adalah mendeskripsikan struktur kalimat berdasarkan fungsi, kategori, dan peran pada artikel menanti janji SBY yang bersumber pada harian Kompas secara faktual dan sistematis.

A. Sumber dan Sumber Data
Data sebagai bahan penelitian bukan bahan mentah atau calon data, melainkan bahan jadi yang siap untuk dianalisis (Sudaryanto, 1990: 3). Data tersebut berwujud artikel yang ada di media cetak harian Kompas.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data kualitatif, yaitu berupa data tulisan karena tujuannya ialah menganalisis fungsi dan kategori serta menentukan peran semantis yang dimainkan oleh setiap argumen yang terdapat pada data tersebut. Pemilihan data tulisan sebagai sumber data didasarkan atas pertimbangan bahwa aneka bentuk verba bahasa mudah ditemukan dari sumber data tersebut, dan bahasanya telah mencerminkan pemakaian bahasa baku dalam berbagai situasi dan berbagai aspek kehidupan sehingga memungkinkan mendapatkan data yang bervariasi. Data tulisan merupakan jenis data primer yang diperoleh dari harian Kompas berupa artikel yang berjudul “Menanti Janji SBY” sebagai sumber data utama.

B. Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini berbentuk naskah berita yang digunakan sebagai bahan  penelitian. Naskah tersebut adalah naskah berita yang didapat di harian Kompas. Dalam penelitian menganalisis naskah berita tersebut, dilakukan dengan penelitian fungsi, penilaian kategori dan penilaian peran bedasarkan tiap-tiap kalimat pada naskah berita tersebut.
Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data tulisan. Adapun yang menjadi sumber data penelitian ini yaitu naskah berita harian Kompas. Dalam tahap pengumpulan data metode yang digunakan yaitu teknik catat (Sudaryanto, 1993:135). Dalam hal ini, peneliti membaca dan menganalisis data-data berdasarkan fungsi, kategori dan peran yang terdapat pada harian Kompas.

C. Teknik Analisis Data dan Interpretasi
Data penelitian ini dianalisis secara kualitatif. Hermawan (2004: 14) mengatakan, bahwa Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang lebih banyak menggunakan kualitas subjektif mencakup penelaahan dan pengungkapan berdasarkan persepsi untuk memperoleh pemahaman terhadap fenomena sosial dan kemanusiaan”.
Adapun langkah-langkah yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan naskah berita pada harian Kompas sebagai bahan kajian penelitian.
2. Menganalisis naskah berita pada harian Kompas berdasarkan analisis fungsi dan kategori sintaksis serta unsur perannya.
BAB IV
HASIL PEMBAHASAN

A. Analisis Kalimat sebagai Unsur Pembentuk Paragraf
Dalam analisis unsur pembentuk paragraf ini, kalimat-kalimat yang ada akan dianalisis satu demi satu dari segi jenis serta unsur-unsur pembentuk kalimatnya dengan analisis fungsional, kategorial, dan analisis peran.
(1) Pemicu kobaran harga minyak bumi pekan ini adalah demonstrasi pekerja di ladang minyak Nigeria.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk jenis kalimat berklausa yang sederhana karena hanya terdiri dari satu klausa. Dari segi fungsinya, kalimat ini berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan karena intonasinya bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dengan lambang titik di akhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya atau kata seru.
Klausa ini merupakan klausa lengkap susun biasanya yang positif karena mempunyai urutan S-P dan tidak mengandung kata negatif. Dari sisi jenis kategori kata pengisi P, maka klausa ini termasuk klausa verbal kopulatif. Analisis fungsi, kategori, dan makna dari klausa tersebut dan dari frase-frase pembentuknya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut.
Tabel 1: Analisis Klausa
Pemicu kobaran harga
minyak bumi pekan ini
adalah
Demonstrasi pekerja
di ladang minyakNigeria
F
S
P
PEL
K
FN
V.Kopula
FN
M
Dikenal
Penyama
Pengenal

Tabel 2 : Analisis Sintaksis FN Pengisi Fungsi S
Pemicu
Kobaran harga minyak bumi pekan ini
UP
Atribut (Atr)
N(KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
Kobaran
Harga minyak bumi pekan ini
UP
Atr
N(KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
Harga minyak bumi
pekan ini
UP
Atr
FN
FN
Dibatasi
Pembatas
Harga
minyak bumi
Pekan
Ini
UP
Atr
UP
Atr
N(KB)
N (KB)
N(KB)
N(KG pen)
Dibatasi
Pembatas
Ditentukan/ditunjuk
Penentu/penunjuk
Minyak
Bumi
UP
Atr
N(KB)
N (KB)
Dibatasi
Pembatas

Tabel 3: Analisis Sintaksis FN Pengisi Fungsi PEL (tabel)
Demontrasi pekerja
Di ladang Minyak Nigeria
UP
Atr
FN
FD
Diterangkan
Penerang
Demontrasi
Pekerjaan
Di
Ladang minyak Nigeria
UP
Atr
penanda/relator
Aksis
N(KB)
N(KB)
KD
FN
Dibatasi
Pembatas
Hubungan keberadaan
Tempat
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua kata mempunyai fungsi dan makna. FD (frase depan) sebagai frase eksoforik dinyatakan dengan fungsi sebagai penanda hubungan tertentu. Itulah sebabnya semua FD dalam tulisan ini unsur preposisinya akan dinyatakan sebagai makna hubungan. Analisis lanjutan frase tersebut adalah:
Tabel 4
Ladang minyak
Nigeria
UP
Atr
FN
N(KB)
Dibatasi
Pembatas
Ladang
Minyak
UP
Atr
N(KB)
N(KB)
Dibatasi
Pembatas
(2) Pasokan minyak dari negeri produsen minyak terbesar di Afrika itupun terganggu.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini temasuk jenis kalimat berklausa yang sederhana karena hanya terdiri dari satu klausa. Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita karena fungsinya memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan berupa perhatian mitra tutur. Kalimat ini juga mengandung ciri kalimat berita yaitu pola intonasinya yang bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dengan lambang titik diakhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya atau kata suruh.
Klausa ini merupakan klausa lengkap susun biasa yang positif. Dari kategori pengisi P-nya, klausa ini dapat diklasifikasikan sebagai klausa verbal pasif. Analisis fungsi, kategori, dan makna dari klausa tersebut dan dari frase-frase yang pembentuknya dapat dilihat pada tabel-tabel berikut.
Tabel 5: Analisis Klausa
Pasokan minyak dari Nigeria produsen minyak terbesar di Afrika itu
Pun terganggu
F
S
P
K
FN
FV
M
Pengenalan
Keadaan (pengalaman)
Selanjutnya, analisis pada tataran frase akan dimulai dari FV pengisi fungsi P pada klausa di atas karena frase tersebut lebih sederhana dari FN pengisi fungsi S.

Tabel 6: Analisis FV Pengisi Fungsi P
Pun
Terganganggu
Atr
UP
Kata tambah
V (kata kerja)
Ragam
Keadaan





Tabel 7 : Analisis Fungsi FN Pengisi Fungsi S
Pasokan minyak dari Negeri produsen minyak terbesar
Itu
UP
Atr
FN
N (KG Pen)
Ditentukan /Ditunjuk
Penentu/petunjuk
Pasokan minyak
dari negeri produsen minyak terbesar di Afrika
UP
Air
FN
FD
Diteranggkan
Penerang
Pasokan
Minyak
Dari
Negeri produsen minyak terbesar di Afrika
UP
Air
Retor/penada
Aksis
N(KB)
N (KB)
KD
FN
Dibatasi
Pembatas
Hub. Asal
Tempat
Negeri
Produsen minyak terbesar di Afrika
UP
Atr
N (KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
Produsen minyak terbesar
di Afrika
UP
Air
FN
FD
Diterangkan
Penerang
Produsen minyak
Terbesar
Di
Afrika
UP
Atr
Relator/penanda
Aksis
FN
V (KS)
KD
N (KB)
Diterangkan
Penerang
Hub. Keberadaan
Tempat
Produsen
Minyak
UP
Air
N (KB)
N (KB)
Dibatasi
Pembatas


(3) Celakanya, kilang minyak di Norwegia juga mengalami ancaman pemogokan.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk jenis kalimat berklausa yang sederhana karena hanya terdiri dari satu klausa. Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita yang berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan berupa perhatian mitra tutur. Kalimat ini juga mengandung ciri kalimat berita yaitu pola intonasinya yang bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dalam lambang titik diakhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya atau kata suruh.
Klausa ini merupakan klausa lengkap susun biasa yang positif karena mempunyai urutan S-P dan tuidak mengandung kata negatif. Dari segi kategori kata pengisi P, maka klausa ini termasuk klausa verbal aktif. Analisis fungsi, kategori, dan makna dari klausa ini dan frase-frase pembentuknya dapat dilihat dari tabel-tabel berikut.
Tabel 8: Analisis Klausa
Celakanya
Kliang minyak di norwegia
juga mengalami
Ancaman pemogokan
F
KET
S
P
O
K
Ket
FN
FV
N(KB)
M
Ragam
Pengalam
Keadaan
Pengalaman

Tabel 9: Analisis FN Pengisi Fungsi S
Kilang minyak
Di Norwegia
UP
Atr
FN
FD
Diterangkan
Penerang
Kilang
Minyak
Di
Norwegia
UP
Atr
Relator/penanda
Aksis
N(KB)
N(KB)
KD
N(KB)
Dimiliki
Pembatas
Hub. Keberadaan
Tempat






Tabel 10:Analisis FV pengisi Fungsi P
Juga
Mengalami
Atr
UP
Kata tambah
V (Kata kerja)
Ragam
Keadaan
Tabel 11: Analisis FN Pengisi Fungsi O
Ancaman
Pemogokan
UP
Art
N(KB)
N (KB)
Dibatasi
Pembatas
(4) Sementara itu, berbagai persoalan lama yang mengancam pasokan minyak dunia masih saja bercokol.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk jenis kalimat berklausa luas tidak setara karena mengandung klausa relatif selain klausa intinya. Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita karena berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan berupa perhatian mitra tutur. Kalimat ini juga mengandung ciri kalimat berita yaitu pola intonasinya yang bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dengan lambang titik diakhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya atau kata suruh.
Klausa intinya merupakan klausa lengkap susun biasa yang positif karena mempunyai urutan S-P dan tidak mengandung kata negatif. Dari sisi jenis kategori kata pengisi P, maka klausa inti ini termasuk klausa verbal intransitif. Sementara itu, klausa relatifnya adalah klausa tidak lengkap susun biasa dan positif. Dari sisi kategori P-nya, klausa ini termasuk klausa verbal aktif. Analisis fungsi kategori dan makna dari kalimat ini dan dari unsur-unsur pembentuknya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut.
Table 12: Analisis Klausa Inti
Sementara itu
Berbagai persoalan lama yang megancam pasokan minyak dunia
Masih bercokol
F
KET
S
P
K
F Ket
FN
FV
M
Waktu
Pengenalan
keadaan (relatif singkat)





Tabel 13: Analisis Frase keterangan Pengisi Fungsi KET
Sementara
Itu
UP
Art
Ket
N (KG Penunjuk)
Ditunjuk (waktu)
Penunjuk/penentu



Tabel 14: Analisis FN Pengisi Fungsi S
Berbagai
persoalan lama
yang menggancam pasokan minyak dunia
Det
UP
Atr
K.sandang
FN
FN (Klausa relaatif)
Kuantitas
Diterangkan
Penerang
Persoalan
Lama
O
yang
mencancam
Pasokan minyak dubia
UP
Atr
S
Relatif
P
O
N (KB)
V (KS)
O
Hub.
V aktif
FN
Diterangkan
Penerang
Pelaku
Penrang
Perbuatan
Penderita
Pasokan
minyak dunia
UP
Atr
N (KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
minyak
dunia
UP
Atr
N (KB)
N (KB)
Dibatasi
Pembatas
Tabel 15: Analisis FV Pengisi Fungsi P
Masih
Bercokol
Atr
UP
K. Tambah
V (Intrransitiif)
Aspek
Keadaan





(5) Sebut saja diantaranya ancaman bagi ladang minyak di Irak.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk jenis kalimat berklausa yang sederhana karena hanya terdiri dari satu klausa. Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita pasif karena intonasinya turun jika dibaca dan berakhir dengan tanda baca titik serta tidak mengandung kata tanya atau kata suruh.Selain itu, kalimat ini juga berfungsi menarik perhatian pembaca. Pembuktian bahwa kalimat ini adalah kalimat pasif dapat dilakukan dengan melihat bentuk verbal yang ada yang merupakan kata dasar sebagaimana yang biasa terjadi pada kalimat pasif bentuk diri. Walaupun dalam klausa ini pelaku perbuatan dihilangkan, hal ini tetap dapat dipahami dari konteks bacaan. Frase verba sebut saja itu bisa dari kata sebut saja yang jelas merupakan verba pasif bentuk diri. Disini kita mengacu pada kesatuan antara penutur (penulis) dan mitra tutur (pembaca).
Oleh karena itu, sebagai sebuah klausa, klausa ini adalah klausa lengkap karena S maupun P tidak ada yang dilepaskan. Peran pelaku yang dilepaskan hanya sebagai KET pelaku. Dari sisi ketiadaan kata negatif, klausa ini adalah klausa positif. Dari sisi jenis kategori kata pengisi P, klausa ini termasuk klausa verbal. Analisis fungsi, kategori, dan peran dari klausa ini. Berikut frase-frase dapat dilihat dari tabel-tabel berikut.

Tabel 16: Analisis Klausa
sebut saja
di antara
ancaman keamanan ladang minyak di Irak
F
P
KET
S
K
FV
FD
FN
M
Pembuatan Pasif
Penanada contoh
Penderita

Tabel 17: Analisis FV Pengisi Fungsi P
Sebut
Saja
UP
Atr
V (KK)
K. Tambah
Perbuatan
Aspek






Tabel 18: Analisis FD pengisi fungsi KET
Ancaman
UP
Atr
N (KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
Keamanan
Ladangg minyak di Irak
UP
Atr
N (KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
ladang minyak
di Irak
UP
Atr
FN
FD
Diterangkan
Penerang
ladang
minyak
di
Irak
UP
Atr
Relator
aksis
N (KB)
N (KB)
KD
N (KB)
Dibatasi
Pembatas
Hub. Keberadaan
Tempat
Tabel 19: Analisis FN Pengisi Fungsi S
Pasokan Minyak di Teluk Meksiko
juga masih terganggu
sehabis berteman badai Ivan
F
S
P
KET
K
FN
FV
FD
M
Pengalam
Keadaan (relatif singkat)
Waktu
(6) Pasokan minyak di teluk Meksiko juga masih terganggu sehabis hantaman badai ivan.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk jenis kalimat berklausa yang sederhana karena hanya terdiri dari satu klausa. Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita karena berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan berupa perhatian mitra tutur. Kalimat ini juga mengandung ciri kalimat berita yaitu pola intonasinya yang bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dengan lambang titik di akhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya dan kata suruh.
Klausa ini merupakan klausa lengkap susun biasa yang positif karena mempunyai urutan S-P, dan tidak mengandung kata negatif. Dari sisi jenis kategori kata fungsi P, maka klausa ini termasuk klausa verbal pasif. Analisis fungsi, kategori, dan makna dari klausa ini berikut frase-frase pembentuknya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut




Tabel 20: Analisis Klausa
Pasokan minyak
di Teluk Meksiko
UP
Atr
FN
FD
Diterangkan
Penerang
Pasokan
minyak
di
Teluk Meksiko
UP
Atr
Relator
Aksis
N (KB)
N (KB)
KD
FN
Dibatasi
Pembatas
Keberadaan
Tempat
Teluk
Meksiko
UP
Atr
N (KB)
N (KB)
Disebu
Sebutan
Tabel 21: Analisis FN pengisi fungsi S
Juga
masih terganggu
Atr
UP
K. Tambah
PV
Ragam
Keadaan
masih terganggu
terganggu
Atr
UP
K. Tambah
V (KK pasif)
aspek
keadaan
Tabel 22: Analisis FV Pengisi Fungsi P
Juga
masih terganggu
Atr
UP
K. Tambah
PV
Ragam
Keadaan
masih terganggu
terganggu
Atr
UP
K. Tambah
V (KK pasif)
Aspek
keadaan
Tabel 23: Analisis FD Pengisi Fungsi KET
Sehabis
hantaman badai Ivan
Relator/penandda
Aksis
KD
FN
Hubungan urutan
Waktu (kejadian)
Hantaman
badai Ivan
UP
Atr
N (KB)
FN
Dibatasi
Pembatas
badai
Ivan
UP
Atr
N (KB)
N (KB)
disebut
Sebutan
(7). Berbagai masalah inilah yang membuat banyak pakar memperkirakan harga minyak bisa terus naik ke kisaran U$S 60 per barel
Dari segi fungsinya dalam hubungan situasional, kalimat ini termasuk kalimat berita karena berfungsi memberitahukan sesuatu kepada orang lain dan mengharapkan tanggapan berupa perhatian mitra tutur. Kalimat ini juga mengandung ciri kalimat berita berupa intonasinya yang bernada turun jika dibaca, ditandai dalam tulisan dengan lambang titik di akhir kalimat, serta tidak mengandung kata tanya atau kata suruh.
Berdasarkan unsur pembentuknya, kalimat ini termasuk kalimat berklausa luas tidak setara karena P berupa klausa relatif yang mengandung klausa anak dan cucu. Sebagai sebuah kalimat, kalimat ini disebut kalimat terbelah (cleft sentence). Asal kalimat ini berbunyi“berbagai masalah ini membuat banyak pakar memperkirakan...” untuk penekanan pada topik maka dibuatlah kontruksi terbelah ini dengan menambahkan partikel penegas lah pada akhir frase pengisi S dan membuat P-nya berbentuk klausa relatif.
Klausa induk merupakan klausa lengkap susun biasa yang positif karena mempunyai urutan S-P dan tidak mengandung kata negatif. Dari sisi jenis kategori kata pengisi P, maka klausa induk ini termasuk klausa nominal. Klausa relatif pengisi fungsi P termasuk klausa tidak lengkap karena S dihilangkan. Klausa positif karena tidak mengandung kata negatif serta termasuk klausa verbal kausatif. Klausa anak termasuk klausa lengkap susun biasa yang positif karena berpola S-P dan tidak mengandung kata negatif. Dari segi kategori pengsi fungsi P, maka anak klausa ini termasuk klausa verbal intransitif.Klausa cucu termasuk klausa lengkap susun biasa yang positif. Dari segi kategori pengisi P-nya klausa cucu ini termasuk klausa verbal.
Untuk lebih jelasnya, analisis sintaksis klausa-klausa itu beserta frase pembentuknya dapat dilihat dalam tabel-tabel berikut.

Tabel 24: Analisis klausa induk
berbagai masalah ilmiah
yang membuat banyak pakar memperkirakan
harga minyak bisa terus naik ke kisaran US $ 60 per barel
F
S
P
K
FN
FN (Klausa relatif
M
Dikenal
Pengenal



Tabel 25: Analisis frase nominal pengisi fungsi P
Berbagai masalah
Ilmiah
UP
Atr
FN
N (KG. Penunjuk
Ditunjuk/Ditentukan
Penunjuk/Penentu
Bebagai
Masalah
Atr.
UP
K. Sandang
N (KB)
Kuantitas
Diterangkan

Tabel 26: Analisis FN (klausa relatif) pengisi fungsi P
O
yang
membuat
banyak pakar memperkirakan harga minyak
bisa terus naik ke kisran US$ 60 per barel
F
S
Relatif
P
O
K
O
Hub.
V (KK)
Klausa anak
M
Pelaku
Penghubung
Perbuatan
Hasil

Tabel 27: Analisis klausa anak pengisi fungsi O pada klausa relatif
memperkirakan
harga minyak bisa terus naik ke kisarann US $ 60 per barel
P
O
V (KK)
FN (Klausa Anak
Perbuatan
Penderita

Tabel 28: Analisis FN pengisi fungsi S pada klausa anak
Analsis FN Pengisi Fungsi S Pada Klausa Anak
Banyak
pakar
Atr
Up
K. Sandang
N (KB)
Kuantitas/jumlah
Diterangkan

Tabel 29: Analisis klausa cucu pengisi fungsi O pada kalimat anak
harga minyak
bisa terus naik
ke kisaran US $ 60 per barel
F
S
P
KET
K
FN
FV
FD
M
Pengalam
Keadaan (relatif singkat/muddah berubah)
Tempat



Tabel 30: Analisis FN pengisi S pada klausa cucu
Harga
Minyak
UP
Atr.
N (KB)
N (KB)
Dibatasi
Pembatas milik



Tabel 31: Analisis FV pengisi fungsi P pada klausa cucu
Bias
terus naik
Atr.
UP
K. Tambah
FV
Kesanggupan
Proses
Terus
naik
Atr.
UP
K. Tambah
V (KK Intransitif)
Keseringan
Proses
Tabel 32: Analisis FD pengisi KET pada klausa cucu
Ke
Kisaran US $ 60 per barel
Relator/penanda
Aksis
KD
FN
Arah
Tempat (target)
Kisaran
US $ 60 per barel
UP
Atr.
N (KB)
F Bil
Dibatasi
Pembatas
US $ 60 per barel
per barel
UP
Atr.
F. Bil
FD
Dibatasi
Pembatas
US $ 60
per barel
US $
60
Per
barel
Atr.
UP
Relator
aksis
Penyukat
Bil.
KD
N (KB)
Satuan
Jumlah
rata-rata
satuan




BAB V
PENUTUP

A. Simpulan
Tiap kata atau frasa dalam kalimat memepunyai fungsi yang mengaitkannya dengan kata atau frase lain yang ada dalam kalimat tersebut. Fungsi itu bersifat sintaksis artinya berkaitan dengan urutan kata atau frase dalam kalimat. Fungsi sintaksis utama dalam bahasa adalah predikat, subjek, objek, pelengkap, dan keterangan. Unsur-unsur ini terdapat dalam sebuah kalimat. Akan tetapi, kelima unsur tersebut memang tidak selalu bersama-sama ada dalam suatu kalimat.
Kategori sintaksis sering pula disebut kategori atau kelas kata (Alwi, 1998). Oleh karena itu, analisis kalimat berdasarkan kategori merupakan penetuan kelas kata yang menjadi unsur-unsur kalimat tersebut. Hal ini senada dengan pendapat Verhar (1996) yang mengatakan, bahwa kategori sintaksis adalah apa yang sering disebut ‘kelas kata’, seperti nomina, verba, adjektiva, adverbia, adposisi artinya, perosisi atau posposisi, dalam buku “Tata Baku Bahasa Indonesia.” (Alwi,1998) membagi kelas kata ke dalam lima kelas. Kelas kata tersebut adalah (i) kata benda (nomina), (ii) kata kerja (verbal), (iii) kata sifat (adjektiva), (iv) kata keterangan (adverbia), dan (v) kata tugas.
Analisis kalimat berdasarkan peran mengacu pada makna pengisi unsur-unsur fungsional kalimat. Verhar (1996) mengatakan, bahwa ‘peran’ adalah segi semantis dari peserta-peserta verba. Unsur peran ini berkaitan dengan makna grametika/sintaksis. Dengan pengisian unsur peranan ini, dapat diketahui makna yang ada pada masing-masing unsur fungsional tersebut.

B. Saran
Dengan adanya analisis kalimat yang telah dilakukan, penulis berharap agar pembaca dapat membedakan antara frasa dan klausa serta lebih memahami klasifikasi dan pembagian klausa berdasarkan fungsi, kategori, dan peran.



DAFTAR PUSTAKA

Alwasilah, A.C. 2002. Pokoknya Kualitatif: Dasar-dasar Merancang dan Melakukan Penelitian Kualitatif. Bandung: Dunia Pustaka Jaya.

Alwi, H. et, al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Finoza Lamuddin. 1993Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.

http://kang-rudi.blogspot.co.id/2011/06/kalimat-paragraf-dan-wacanakategori.html Diaksses 21 Oktober 2015.

http://pungkinugroho-pungki.blogspot.co.id/2011/01/variasi-kalimat-berdasarkan-panjang.html diakses 17 Oktober 2015.

http://shangpemberontak.blogspot.co.id/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html diakses 18 Okotber 2015.

http://zhalabe.blogspot.co.id/2011/12/kalimat-bervariasi.html#.ViHhoPmqqko diakses 17 Oktober 2015.

Kridalaksana, H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Unika Atma Jaya.

Masreng. 2003. Dalam Mengkaji Tentang Struktur dan Peran Semantis Verba dengan Makna Emosi dalam Bahasa Kei. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

Mulyadi. 1998. Meneliti Struktur Semantis Verba Bahasa Indonesia. Tesis pada Program Pascasarjana UPI Bandung.

NoviaWindi dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.

Ramlan, M. 1996. Sintaksis. Yogyakarta: CV Karyono.

Rofiudin, A. 1990. Studi tentang Bentuk dan Fungsi Pertanyaan dalam Interaksi Kelas Bahasa Indonesia dan dalam Interaksi dalam Keluarga. Tesis FPS IKIP Malang.

----------.1994. Sistem Pertanyaan dalam Bahasa Indonesia. Disertasi FPS IKIP Malang.

Sakri, A. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.

Rusyana dan Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.

Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.